Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Selasa, 13 Desember 2011

Say No To Bully



Sebelumnya saya mau bilang tolong dengarkan lagu Pink - Fuckin' Perfect ketika membaca postingan ini.

Percaya atau tidak, berbeda dari penampakan luar, saya adalah pernah jadi korban bully.  Saya gak tau kenapa saya kok bisa jadi korban.....tapi begitulah bully apapun kekurangan atau kelemahan kamu semua bisa jadi bahan bully.

Pertama waktu saya berumur 3 - 4 tahun.  Entah kenapa anak-anak di kampung saya tidak menyukai saya.  Menurut Mama seringkali saya pulang ke rumah dalam keadaan menangis.  Kalau menurut Bapak saya mungkin karena mereka iri melihat saya yang terlihat lebih terurus daripada anak-anak lain di kampung saya, selain itu saya gemuk dan lumayan cerdas untuk anak balita.  

Yah gimana gak keurus.  Mama dan Bapak saya pada saat itu termasuk orang yang berpendidikan tinggi.  Mama sendiri lulusan sekolah perawat dan pintar menjahit.  Jadi mau gak mau cara hidup kami lebih sehat daripada yang lain.  Dan baju-baju kami bagus-bagus karena Mama selalu mencontoh model terbaru dan kemudian dijahit sendiri.  Jadilah kami biarpun hidup miskin tapi penampilan kami selalu bersih dan rapi.  Itulah mungkin yang menimbulkan iri anak-anak bahkan orang tua mereka pada kami, sehingga kemudian saya suka dipukul atau dicubit tanpa alasan yang jelas.

Oleh sebab itulah orang tua saya berkeputusan untuk melarang kami main di luar gerbang rumah kecuali dengan beberapa anak yang orang tua kami percaya tidak akan menyakiti kami.

Kedua ketika saya TK, saya sering kali di-bully karena warna kulit saya yang hitam.  Bahkan diejek sebagai orang Irian.  Saat itu awal tahun 80-an, ketika yang namanya jadi orang Irian tuh jelek sekali di mata anak-anak TK seperti kami.  Sekarang sih mending jadi orang Papua yang kaya daripada jadi orang Jakarta tapi miskin banget.....hehehehehehehe........

Sebenarnya puncak per-bully-an ketika TK adalah ketika terjadi 2 peristiwa.  Pertama ketika salah seorang teman cowok saya tiba-tiba menyerang saya tanpa ada alasan yang jelas.  Saya dipukul sampai hidung saya mimisan.  Ketika saya sudah terjatuh, tangan saya diseret sambil menaiki undakan tempat bermain pasir, lalu dipukulin lagi disana.  Siksaan saya berhenti ketika salah seorang guru melihat kejadian itu.  Sampai sekarang guru itu masih heran kenapa saya tidak menangis keras sehingga mereka bisa mengetahui kejadian lebih awal.

Kejadian kedua ketika sepatu saya kotor penuh lumpur karena pada saat itu daerah sekitar rumah saya jalannya belum diaspal.  Terus salah seorang teman saya tiba-tiba teriak di depan kelas "Sepatu Noni kotor nih kena lumpur", lalu diikuti dengan koor teman-teman saya yang mengomentari kotornya sepatu saya sampai saya menangis karena sebal.

saya tidak pernah tahu kenapa saya di-bully seperti itu, tapi menurut beberapa teman saya, waktu TK saya pendiam sekali dan tidak suka bermain dengan anak lain.  Kata mereka, saya hanya duduk dipojok lalu saya akan mencoret-coret tanah.  Kalau di ruang bermain, saya memilih membaca buku atau bermain sendiri.  Namun jangan salah saya lumayan pintar lho waktu TK, umur saya 4 tahun saya sudah bisa membaca dan itu tidak diajarin oleh orang tua saya seperti anak lain tapi hanya sekali-sekali oleh guru saya, herannya setiap terima raport penilaian baca saya hanyak dikasih nilai cukup atau baik sekali, sumpah bukannya saya sombong tapi nilai baca saya tuh setara dengan anak kelas 1 SD ketika saya masih TK.

SD dan SMP saya hadapi dengan baik, tidak ada yang berani mem-bully saya.  Mungkin karena saya termasuk anak pintar, ikut semua extra kurikuler yang ditawarkan sekolah dan diam-diam banyak yang naksir saya.....hehehehehehe......Hei saya manis lho waktu SMP.....

Ketika SMA entah kenapa saya menjadi korban bully lagi.  Saya gak tau kenapa beberapa teman saya selalu ngetawain saya ketika saya bicara, sehingga membuat kepercayaan diri saya memudar.  Tetapi saya gak mau hidup saya berhenti hanya dengan omongan segelintir teman-teman saya, saya akhirnya berteman dengan orang-orang yang dengan tulus mau menerima saya apa adanya, walaupun itu harus berjalan setengah sekolah agar bisa ke kelas mereka yang berbeda jurusan dengan saya.

Bully yang paling parah saya rasakan ketika salah seorang teman saya ingin merayakan kemenangannya dalam sebuah lomba karya tulis.  Teman-teman sekelas diundang termasuk saya dan teman saya Viona.  Masalahnya adalah untuk pergi ke restoran yang dituju tidak mungkin jalan kaki harus naik kendaraan.  Di kelas saya yang memiliki mobil hanya satu orang, sedangkan cowok-cowok kebanyakan memakai motor.

Ketika pengaturan siapa membonceng siapa, ketika nama saya dan Viona disebut mereka tiba-tiba menghindar dengan berbagai macam alasan padahal kalau diitung-itung cukup lho.  Saya masih ingat ketika mereka beralasan motor mereka masih baru sehingga gak mungkin membonceng orang gemuk seperti saya.  Bayangkan saat itu berat saya masih 60 kg, sekarang saya lebih berat beberapa puluh kilogram namun masih banyak teman saya yang membonceng saya dengan sukarela biarpun motor mereka baru atau sudah lama.

Sedangkan untuk Viona, tidak ada alsan yang pasti.  Pokoknya cowok-cowok itu tidak ada yang mau membonceng kami berdua.  Saya selalu ingat ketika kami berdua ke parkiran/ halaman sekolah untuk menyusul teman-teman yang siap-siap pergi.  Tapi tidak satupun yang mengajak kami, malah mereka tampaknya malah mau melarikan diri seakan membawa kami berdua adalah kesialan.

Saya dan Viona hanya saling tatap dan tiba-tiba mata kami berdua berkaca-kaca.  Lalu saya bilang (dengan harga diri terluka dan tidak ingin mengemis-ngemis rasa pertemanan ke Viona "Saya gak mau diginiin orang.  Toh hamburger gak mahal-mahal amet kalau kita beli sendiri.  Saya mau pulang aja".  Viona mengangguk dan kami pun pulang dalam diam.  Sebenarnya teman kami yang membawa mobil menawarkan kami untuk menumpang mobilnya, namun karena mobilnya sudah penuh, dia bilang ke teman-teman yang membawa motor untuk membawa kami, tetapi mereka tetap tak bergerak yah udah mau apa lagi kan.....

Di tengah jalan saya bilang lagi "Besok apapun yang terjadi kita gak usah terlalu peduli.  Anggap aja acara ini gak penting.  Saya paling gak mau ngemis-ngemis sama orang-orang kayak gitu".  Viona mengangguk setuju.

Keesokan harinya, teman kami yang bawa mobil bilang kalau dia mencari kami  setelah menge-drop teman-teman di restoran.  Tentu saja kami berdua senang karena paling gak ada yang tulus memikirkan kami tetapi harga diri kami berdua sudah terlalu terluka.  Saya hanya bilang dengan pasang muka lempeng "Terima kasih sudah memikirkan kami.  Tapi gak papa kok".  Sejujurnya ketika saya mengatakan hal itu saya mau nangis karena tembok kemarahan saya sudah mau runtuh. 

Sejak itu saya tidak terlalu berharap dari teman-teman sekelas saya....bagi saya ketika mereka menolak saya untuk apa saya berusaha membuat mereka menyukai saya, masih banyak teman-teman yang menyukai saya dengan tulus.  Saya pun memilih berteman dengan teman-teman yang berbeda kelas.  Biarpun begitu saya dan Viona tetap menjadi bahan bully di kelas, namun kami sama sekali tidak menganggap hidup /ada orang-orang yang mem-bully kami, bahkan dengan cara kami, kami bisa meng-handle semuanya sendiri tanpa bantuan atau pengaruh dari teman-teman sekelas kami sehingga menimilisir kami berkomunikasi dengan teman-teman sekelas.

Saya merasa menjadi korban bully adalah hal yang terberat ketika kita remaja.  Luka fisik mungkin tidak terlalu kelihatan, tetapi luka mental yang kami hadapi sampai dewasa cukup mempengaruhi kehidupan kami sehari-hari.  Seperti saya, seringkali saya berpikir bahwa teman-teman saya tidak menerima saya dengan tulus.  Bahkan ada yang rendah diri menahun bahkan bunuh diri karena merasa kehadiran di dunia ini salah.

Jadi tolonglah berhenti untuk mem-bully orang  apapun bentuknya mulai dari memukul ataupun bully secara verbal karena itu sama saja membunuh masa depan korban.  Dan setahu saya sebenarnya orang yang mem-bully itu yang "sakit" butuh pengakuan hebat dari orang lain.


Senin, 12 Desember 2011

Dan Tuhan pun Menjadi Alasan Penusukan

Setelah LIVE Kuis HUT saya dapat kabar salah seorang cameraman TVOne bernama Dadang.  Dia ditusuk oleh seorang pria bernama Adil, yang alasannya sampai sekarang menurut saya tidak logis.  Hanya karena TVOne bernama One atau satu, dan satu itu hanya untuk Tuhan.  Emang Pancasila kali yah, yang urutan pertama membahas Ketuhanan.....

Tadi teman-teman sekantor sempat membahas betapa beruntungnya kami, nama stasiun kami gak pake angka 1.  Lalu saya jawab lho bukannya Surat Al Fatehah ada 7 ayat dan itu bisa jadi alasan penistaan agama kalau ada yang "kumat" isengnya mau mengorek-ngorek kesalahan orang.

Saya jadi mikir, bahwa banyak hal di negara ini yang bisa bersinggungan dengan agama.  Dimana agama dijadikan atas nama Tuhan dijadikan alasan untuk menghina, anarkisme dan membunuh.  Simbol-simbol yang tadinya diartikan secara umum, secara budaya dan secara adat diartikan dalam ruang lingkup agama.

Yah contohnya ya itu tadi angka 1.  Apa sih arti angka 1?  Angka 1 menunjukan angka pertama dalam urutan angka.  Angka 1 juga menunjukan kehebatan seseorang, sebaliknya angka 1 bisa berarti angka paling kecil.  Namun apakah angka 1 bisa diartikan Tuhan.....dalam agama Islam hal yang pertama harus dipercaya dan ditaati adalah Allah SWT lalu yang lain.

Namun apakah Allah SWT tidak bisa membedakan mana yang berbuat untuk "menandingi"-Nya mana yang bukan.  TVOne pasti tidak pernah bermaksud mengartikan angka 1 sebagai tujuan mereka untuk Menuhankan diri mereka.  Mereka hanya ingin menjadi nomor 1 di dalam persaingan dunia televisi dan cita-cita itu ditulis dalam logo mereka.

Saya juga pernah mendengar bahwa TVOne sahamnya dimiliki oleh orang Yahudi.  Dan Yahudi adalah bangsa yang tidak pernah diterima di Indonesia.  Mungkin ini adalah salah satu alasan Adil untuk bertindak senekat itu.

Terlepas dari beberapa pemberitaan TVOne yang tidak saya sukai, bagi saya kalaupun benar saham TVOne dimiliki oleh Yahudi toh tidak semua Yahudi adalah Israel dan Israel belum tentu Bangsa Yahudi.  Apakah mereka pro Yahudi?  Hanya dengan kepala dingin yang bisa menilainya karena apapun yang saya tulis jika di kepala anda atau mindset anda TVOne Yahudi yah itu akan sudah dirubah, namun bagi saya TVOne adalah TVOne milik Indonesia.  Dan Israel juga kalau mau menaklukan sebuah bangsa juga pasti pilih-pilih.......hehehehehehe.......

 Untuk cameraman TVOne, Dadang semoga cepat sembuh.  Untuk Adil sebaiknya anda berobat dulu ke psikiater, karena siapapun yang berpendapat seperti anda, itu sama aja anda mengecilkan Allah SWT.....Allah tak perlu dibela karena angka karena Allah lebih besar, lebih hebat daripada sekedar angka 1.




Jumat, 09 Desember 2011

Gak Selamanya TV Berita Itu Fair

Ini adalah pengalaman saya ketika bertugas di Pernikahan Ibas dan Aliya.  Ketika itu saya bertugas sebagai panitia dokumentasi di Kediaman Keluarga Hatta Rajasa.  

Saat itu akses media baik cetak maupun elektronik sudah tidak bebas karena Setneg sudah mulai turun tangan dalam mengurusi pernikahan ini.  Yah kan yang diurusin bukan si Tono dan si Tini anak Bapak Bejo tapi Ibas dan Aliya anak Bapak Hatta Rajasa dan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono....gak harus saya sebutkan kan siapa mereka.....

Ketika akses itu sudah mulai diperketat, Stasiun TV tempat saya bekerja pun sebenarnya tidak mempunyai akses yang luas ke keluarga kedua belah pihak.  Hanya saja setelah beberapa kali pendekatan yang dilakukan oleh atasan-atasan saya, keluarga Hatta Rajasa mau diwawancara.  Itupun rekan kerja saya harus melaporkan pertanyaan apa saja yang harus ditanyakan kepada pihak perwakilan keluarga, kalau mereka setuju baru maju ke keluarga inti.  Itupun minus Aliya.

Jadi entah kenapa ada rumor yang tidak enak mengatakan kami menghalangi akses media lain.  Padahal kami sendiri tidak pernah melarang media lain untuk meliput ataupun wawancara, bahkan pihak kami sendiri juga tidak bisa seenaknya liputan, mereka harus lapor dulu ke atasan saya, lalu atasan saya minta ijin jika pihak keluarga menolak yah kami juga tidak bisa memaksa.  Syukurnya, selama acara pihak kelurga di Fatmawati jarang sekali menolak wawancara.

Pengalaman yang paling tidak mengenakan ketika ada rumor ada Reporter dari sebuah TV Berita yang kita sebut saja TV X mencoba mewawancara Aliya dengan datang ke rumah mereka di Fatmawati.  

Karena rumah mereka, sejak beberapa hari sebelumnya sudah mulai dikawal oleh Paspampres maka pihak media manapun akan berhadapan dengan mereka.  Bahkan kamipun yang panitia dokumentasi beberapa kali dilarang masuk dengan alasan kami dari televisi dan dikira ingin meliput.

Ketika berhadapan dengan Paspampres, Reporter TV X ini nampaknya mengusahakan cara apapun untuk mendapatkan wawancara dengan Aliya atau paling gak bisa mendapatkan gambar terakhir persiapan pernikahan.  Salah satunya dengan mengaku sudah membuat perjanjian dengan Aliya dan bagian dari Group TV kami.

Saat itu orang yang sering bolak balik ke Fatmawati adalah saya, termasuk juga mengurus kedatangan teman-teman sekantor yaitu para Reporter yang ingin liputan.  Sehingga akhirnya wajah saya cukup familiar di kalangan Paspampres yang bertugas di Fatmawati.  Jadi tidak heran jika ada wartawan yang ngotot liputan, mereka akan bertanya pada saya, apakah mereka adalah rekan sekantor saya.....

Nah, takut salah, salah satu Paspampres menanyakan status Reporter ini kepada salah seorang teman saya yang sedang berada di lokasi, karena saya sendiri sedang berada di kantor.  Oleh teman saya, Paspampres itu dihubungkan ke saya melalui HPnya.  

Kira-kira begini dialognya....

Paspampres : "Mbak ini ada wartawan TV mau liputan?"
Saya : "Dari mana (stasiun televisinya) Pak?"
Paspampres : "Gak tau Mbak.  Temannya bukan?"
Saya sambil berpikir dan mengingat-ingat ada gak yah teman saya janjian liputan.
Saya : "Waduh saya gak tau juga Pak.  Gini aja baju (seragam) nya warna apa Pak?"
Paspampres : "Gak inget mbak. Tapi kayaknya sama deh"
Saya mulai berpikir kasihan juga nih Paspampres udah ribet kali dia membedakan seragam media yang sekarang hampir mirip semua.
Saya : "Gini aja deh Pak, kan teman saya pake seragam.  Kalau seragam mereka sama, itu artinya teman kantor saya Pak.  Masukin aja.  Kalo beda waduh saya gak jamin Pak."
Paspampres : "Oh gitu yah Mbak.  Ngerti saya Mbak.  Terima kasih".
Saya : "Ok pak"
dan telponpun terputus.

Gak lama kemudian beredarlah di dunia pertelevisian bahwa Reporter TV X yang sudah janjian wawancara dengan Aliya Rajasa, dilarang masuk oleh Stasiun TV kami.  Sempet lumayan heboh menjadi pembicaraan di kalangan media.

Setelah diusut ternyata dari asal muasalnya dari kejadian tersebut.  Untungnya saya sebelumnya sudah menceritakan hal ini kepada Atasan saya sehingga masalahnya bisa diluruskan. Apalagi setelah dilogika, kalau memang si Reporter TV X itu sudah ada janji dengan Aliya, ketika dia dilarang masuk oleh Paspampres, dia kan bisa telpon Aliya-nya langsung agar bisa diperbolehkan masuk.  Jika hal itu terjadi setinggi apapun pangkat Paspampres gak akan berani melarang si Reporter.  

Ah, ternyata "main kotor" juga nih TV, mau coba-coba ama kita akhirnya mereka sendiri yang jadi tertawaan kami.  Sejak itu saya menganggap TV X sebagai stasiun televisi berita yang katanya Reporternya lebih tau etika daripada Reporter Infotaiment ternyata sama aja dengan rekan jurnalis yang selalu mereka underestimate itu mungkin masih bagusan wartawan infotaiment yang mengakui kalau mereka gak buat janji dengan Aliya.....hehehehehehehehe.......Apalagi gak dapet liputannya langsung buat rumor yang nggak-nggak dan berita yang negatif.

*sumber komik  http://pcj.typepad.com/planning_commissioners_jo/2009/10/positive-media.html


Kantorku (bukan) Rumahku


Jadi seorang Production Assistant harus siap nginep di kantor.  Banyak sebab harus nginep di kantor, pertama adalah karena editing.  Memang sih editing yang ngerjain editor, tapi PA harus menemani dan berfungsi sebagai asisten editor.  Selain itu PA ikut shooting dan mengerti rundown jadi duduk di sebelah editor adalah wajib.  Masalah jika editingnya 3 shift atau 24 jam, terpaksa deh nginep di kantor.

Kedua adalah crewcall shooting pagi.  Ada beberapa program membutuhkan sinar matahari dan persiapan yang lama seperti contohnya program drama sehingga crew harus berkumpul pagi bahkan subuh.  Karena salah satu job desc PA adalah mengumpulkan dan mengatur keberangkatan mereka ke lokasi shooting, mau gak mau PA harus lebih dulu tiba di kantor.  Dalam kondisi kemacetan Jakarta rasanya kok akan buang waktu tidur kalau berangkat dari rumah, belum lagi kemacetan yang tidak bisa diprediksi bisa membuat terancam terlambat jadilah para PA nginep di kantor.  Selain itu jika terlambat maka PA bisa terancam "amuk massa" oleh crew.....hehehehehe.....bukankah begitu para PA???

Penyebab ketiga adalah kalau besok ada meeting dengan client.  Sebenarnya jarang sekali PA diajak meeting dengan client.  Namun jika sudah menyangkut masalah tekhnis biasanya PA diajak.  Nah dilalahnya kebanyakan client adalah orang-orang yang bekerja dengan jam normal sehingga tanpa rasa bersalah suka ngajakin meeting jam 9 pagi.  Padahal bagi kami, itu adalah siksaan terberat, karena harus bangun pagi yang sering kali di hari sebelumnya kami baru saja bergadang untuk menyelesaikan pekerjaan kami....(uuppppssss curhat)...

Prinsip di kantor kami, haram hukumnya mengecewakan client, client adalah Raja kami amat dijunjung tinggi dalam lingkungan kantor kami sehingga ajakan meeting pagi harus disambut dengan semangat membara walaupun nantinya disaat meeting otak sudah melayang-layang gak bisa mikir, gak jadi masalah yang penting hadir dulu. Jadilah daripada terlambat akhirnya biasanya PA memilih untuk menginap di kantor.

Keempat adalah urusan administrasi.  Ini disebabkan orang-orang di bagian administrasi kantor kami merupakan bagian orang-orang yang normal tidak seperti kami yang sudah hidup di dunia kegelapan.  Mereka masih menjalankan prinsip orang normal kerja ketika matahari masih menampakan sinarnya.  Jadi daripada urusan administrasi shooting terlambat terpaksa lah kami menginap demi menyelesaikan urusan tersebut.....hiks....walaupun untuk alasan satu ini rasanya gak rela banget tapi kalau administrasi gak keurus ntar gak shooting lagi malah bahaya.

Nah survey lokasi adalah penyebab kelima kenapa PA harus menginap di kantor.  Karena survey biasanya dilakukan di pagi hari maka sekali lagi daripada terlambat yah lebih baik nginep di kantor.

Yang terakhir adalah keasyikan main game dan internet.....dulu saya sering nih sekarang saya hindari sama sekali.  Karena seperti kata Bang Oma, begadang itu tidak ada gunanya.  Yang ada malah besoknya ngantuk dan kerja gak maksimal (thanks to Mas Andi yang mengingatkan saya soal ini).  

Ada beberapa teman-teman cowok saya, sudah menganggap kantor ini seperti rumahnya jadi mereka rela berhari-hari di kantor demi main game dan browsing internet.  Bahkan ada beberapa teman main bridge di kantor....ckckckckckck....Yah mungkin kalau di rumah mereka tidak bisa seleluasa di kantor.  Sering kali saya mendapati mereka sedang membuka situs-situs XXX.....hehehehehe.....biasanya kalau sudah begitu saya diam-diam saja gak mau kesenangan mereka terganggu......hehehehehehe.......kesian juga kalo mereka malu akan kehadiran saya.

Hari ini saya menginap di kantor, sudah dua malam booooo.  Ini semua karena editing Royal wedding yang belum selesai.  Udah gitu mending saya ngerti kerjaan, saya sendiri gak ngerti apa yang dikerjain.  Beruntung saya, teman saya Farli (calon creative handal nih) mengerjakan semuanya kalau gak saya udah gak tau mesti diapain nih Program Negara.  Thanks yah Farli.....Jasamu takkan kulupakan *lebay....

Beruntung selama dua hari saya dapat jatah sofa di ruang boss.  Boss-Boss kami tuh sudah merelakan sofa di ruangan mereka dijadikan tempat tidur anak buah pada malam hari.  Saya yakin di tempat lain mana ada atasan yang mengijinkan anak buahnya tidur di sofa mereka, bahkan jika sofa itu bukan milik mereka alias fasilitas kantor.  Biasanya saya harus tidur di kursi sampai leher pegel dan kaki kram. 

Ada teman saya yang badannya termasuk lentur.  Biasanya mereka menyusun 3 kursi dijadikan satu, lalu tidur di atas kursi itu.  Hebatnya mereka bisa tidur nyenyak.  Kalau saya gak deh selain karena badan saya gede saya juga gak punya badan selentur itu untuk bisa ditekuk-tekuk agar muat di atas 3 kursi tersebut.

Dan demi tidur yang enak ada juga beberapa teman, termasuk saya membawa sleeping bag dari rumah.  Ada juga yang membawa bantal, sarung bahkan bed cover agar acara "pajamas party and sleep over" di kantor mereka nyaman.  Kalaupun tidak property boneka milik bagian property bisa jadi bantal (padahal kalau bagian property tahu bisa ngomel mereka), jaket buluk yang penuh debu dan baunya tak bisa deskripsikan bisa jadi selimut, kursi bisa jadi tempat tidur dadakan bahkan sajadah boss bisa jadi alas tidur yang nyaman.  Intinya apapun jika gak dipikirin susahnya bisa nyaman deh di kantor.

Tapi senyaman-nyamannya tidur di kantor tetap kamar yang berantakan yang seprainya sering kali lupa diganti karena saya jarang di rumah, yang meja riasnya berdebu karena saya sudah lama tidak memperhatikan kosmetik saya, yang banyak tumpukan buku-buku dan jendelanya jarang saya buka adalah "sarang" terbaik saya untuk melepas lelah dan sejenak melupakan segala masalah hidup dan urusan kantor.

*sumber gambar https://picasaweb.google.com/lh/photo/-OfwYcrjocsjl34Dks4InA

Senin, 05 Desember 2011

Saya dan Buku Bahasa Inggris

Buku HOT (BROKE) MESSES oleh NANCY TREJOS ini saya beli di Stand Periplus pada Pameran Buku Desember 2011 di Istora Senayan, Jakarta.  Buku tentang Personal Finance ini isinya bagus, kalimat yang digunakan juga enak dibaca dan tidak bertele-tele dan huruf-hurufnya besar, sesuai untuk saya.  Btw harganya murah banget karena didiskon abis-abisan oleh Periplus gak sampe 50 ribu padahal ini buku baru terbit tahun 2010.






Saya kemarin baru saja menghabiskan uang saya di Pameran Buku yang diadakan di Istora Senayan, Jakarta.  Ada kali 1 juta rupiah dalam dua kali kunjungan.  Tahun ini saya kalap dengan buku-buku dan majalah import.  Kebetulan juga kok selain stand buku bekas, Gramedia dan Periplus juga menjual buku-buku impor dengan potongan harga yang gila-gilaan.  Jadilah saya kalap membeli banyak buku, bahkan saya juga membeli buku TTS/ Word Puzzle.

Hari Minggu, saya masih sempet nitip ke teman saya Wida, untuk membelikan buku novel Bahasa Inggris bekas.  Kali ini saya minta pilihin Novel Romantis karena saya sama sekali gak punya koleksi novel-novel seperti itu.  Yang ada novel-novel thriller, misteri intinya jauh-jauh deh sama Harlequinn bersaudara.  Jadi pas nitip sama Wida sengaja yang murahan aja jadi kalau gak suka ceritanya gak terlalu rugi.  Jadilah Wida membelikan novel seharga 20 ribuan.

Saya jadi ingat dulu Mama banyak banget dikasih novel-novel kayak gitu sama teman-teman ekspatriatnya.  Cuma sayangnya Mama gak terlalu suka baca jadi novel-novel itu hanya jadi hiasan di rak buku.  Sedangkan saya hanya membaca beberapa buku remaja Bahasa Inggris yang jumlahnya cuma beberapa ditambah dengan sering meminjam di Community Library yang didirikan sejumlah ekspatriat di Kompleks rumah saya di Bontang.  Sayangnya Community Library sekarang sudah ditutup karena kurangnya minat baca dan juga minat untuk mengembalikan buku yang sudah dipinjam.

Banyak yang gak percaya kalau saya sudah membaca buku Bahasa Inggris sejak saya masih SD, thanks to Community Library yang menyediakan banyak buku anak-anak yang menarik.  Jadi jangan heran kemampuan membaca Bahasa Inggris saya jauh lebih baik daripada bicara dan menulis.

Sebenarnya mudah membaca buku-buku Bahasa Inggris, modalnya hanya dua buku yang bagus dan menarik bagi saya dan kamus kecil Inggris, semacam Theasaurus, atau kamus Oxfrod.  Bagi saya kamus Inggris - Indonesia  terlalu memanjakan saya.

Biasanya jika saya ingin membaca buku Bahasa Inggris, saya akan mencari buku yang benar-benar menarik perhatian saya mulai dari cerita sampai besar hurufnya.  Cerita, saya pilih cerita yang sederhana dulu, biasanya pilihan saya jatuh pada novel untuk anak-anak dan remaja.  Cerita mereka lebih sederhana dan bahasa yang digunakan juga gak susah.  Enyd Blyton, Hardy Boys sampai Nancy Drew dan Beezus and Ramona bisa jadi pilihan.  Jangan malu membaca buku anak-anak toh di Indonesia gak semua orang mengerti bahwa itu buku anak-anak yang penting Bahasa Inggris karena saya pernah baca buku anak-anak di kantor gak ada ngeributin tuh.  Kalau tetap malu juga bisa disampul tuh buku jadi orang lain gak tau.
Bagi saya mengawali membaca novel Bahasa Inggris dengan karya John Grisham, Shakespeare, Hemongway dan Scott Fitzgerald sama saja mencari "mati".  Beda ceritanya kalau anda kuliah di Sastra Inggris silakan deh karena anda wajib membaca buku-buku tersebut sampai khatam.

Kedua cari buku yang hurufnya besar-besar dengan cetakan bagus dan kertas yang bagus.  Bagi saya buku dengan huruf yang besar membuat mata juga gak cepat capek, sehingga otak kita yang sudah dua kali bekerja keras juga tidak cepat capek.  

Isi dalam buku HOT (BROKE) MESSES, hurufnya besar-besar, kualitas dan warna kertasnya bagus sehingga mata tidak cepat lelah.


Nah untuk menemani membaca buku, tidak ada salah punya kamus kecil seperti kamus Oxford atau Webster, jadi dari Bahasa Inggris ke Bahasa Inggris dengan begitu otak tetap terlatih ketika mencari arti sebuah kata.  Saran saya sih jangan sekali-sekali membaca buku ditemani kamus Poerwadarminta dan John Echols, yang ada lihat kamus tebalnya aja sudah males banget, apalagi mau baca buku.

Nah, kalau buku anak-anak menurut anda sudah tidak sesuai lagi dengan kemampuan baca anda, anda bisa tingkatkan menuju buku remaja seperti buku-buku Princess Diary dan Teenlit.  Saya sendiri sampai sekarang masih membaca teenlit.  Bahkan ketika pameran buku saya membeli beberapa teenlit dan majalah Dolly, karena selain Bahasa Inggris setingkat di atas buku anak-anak namun bisa tetap dibaca tanpa ditemani oleh kamus.

Jadi buat apa takut membaca buku Bahasa Inggris.  Sekali lagi coba buku anak-anak lalu pelan-pelan lanjut ke buku remaja dan dewasa muda (bahasa Indonesia young adult itu dewasa muda ya?) nah tau-taunya nanti sudah bisa baca buku-bukunya John Grisham, Hemingway abis itu The Great Gatsby deh....:D....selamat membaca.






Kamis, 01 Desember 2011

Laporan Pernikahan Ibas dan Aliya

Di JCC ketika harus keluar Gedung untuk memberikan kesempatan Paspampres untuk Sterilisasi




Setelah sekian lama akhirnya saya menyempatkan untuk menulis blog.  Minggu lalu saya sama sekali tidak bisa bernapas karena kesibukan saya selama seminggu penuh menjadi bagian dari hajatan tahun ini, PERNIKAHAN IBAS DAN ALIYA.  Saya masuk dalam bagian dokumentasi, ternyata kerjaan saya lumayan berat sampai-sampai ketika di Cipanas saya lupa bawa tas baju saya karena di otak saya dipenuhi dengan barang-barang yang harus saya bawa (termasuk di dalamnya komputer editing Final Cut Pro dan 2 barstool yang ternyata gak dipake juga.....hiksssss.....).

Jadilah saya selama di Cipanas gak ganti baju dan pakai celana jeans plus sepatu keds selama prosesi akad nikah dan adat berlangsung.  Saking gak bangganya saya dengan keadaan saya hari itu, saya sampai gak sempet foto-foto.....padahal pas Gladi Resik dan Gladi Kotor saya semangat sekali untuk foto-foto.

Saya juga beruntung berada di Ring Terluar dari pengamanan Paspampres jadi pakaian saya tidak terlalu diperhatikan oleh mereka.  Bahkan saya sempat lari-larian dari OB Van ke Master Control di depan beberapa Paspampres.  Mungkin mereka menghargai usaha saya memakai jas (yang sampai sekarang boss-boss saya gak habis pikir kenapa jas saya bisa kebawa tapi tas berisi baju gak kebawa sama sekali).

Tanggal 26 November, saya tugas lagi di JCC.  Ini lebih berat dari sebelumnya karena tim decor baru set up tanggal 25 November pagi sehingga kami tim dokumentasi video baru bisa set up setelah tim decor sudah selesai.  Itu artinya kami belum bisa blocking camera dan juga kami gak bisa menutupi kabel camera yang melintang di tengah ruangan....sedihnya.....

Apa yang kami perkirakan benar, tanggal 26 November layaknya dikejar setan kami mengerjakan semuanya karena rencana Pak SBY akan memeriksa persiapan lokasi Resepsi pada pukul 10.00.  Bayangkan bagaimana kami bergerak.  Bahkan PD kami Mas Tono pun ikut tegang.  Saya sendiri akhirnya turun jabatan jadi GS.  Belum lagi Paspampres meributkan kabel camera yang menurut mereka tidak aman.  Kami akhirnya fokus ke kabel dan mencari lakban, sedangkan vendor alat tenang-tenang saja melihat kehebohan kami....apa gak kebalik yah?  

Bahkan seorang Cameraman cerita ke saya kalau dia dibentak-bentak sama Paspampres soal kabel.  Teman saya dengan tenang menjawab "Bapak gak usah teriak-teriak ke saya karena dengan teriak-teriak pun lakban gak akan datang dalam sekejap.  Sabar aja Pak.  Saya sudah mengerti kok Pak, kabelnya harus dilakban kan?  Ya udah nanti saya lakban tapi saya kan harus nunggu lakbannya karena lakbannya lagi dibeli.  Semua kan butuh proses Pak."  Mendengar itu Paspampres langsung pergi.....well done my friend.  Kami tahu itu tugas Paspampres untuk menjaga keselamatan Presiden sekeluarga dan berikut tamunya, namun kami juga bukan pesulap yang bisa menghadirkan lakban dengan sekali teriak.

Walaupun kelihatannya persiapannya terlambat namun ketika resepsi semua berjalan lancar.  Kedua pengantin terlihat cantik dan gagah, bahkan kami bisa melihat melalui monitor di control room, aura cinta meliputi mereka berdua.  Aliya terlihat cantik sekali dengan balutan kebaya warna merah.  Jadi berasa lihat Ratu Jawa malam itu.

Sayangnya hari itu juga ada berita tentang runtuhnya jembatan di Kutai Kertanegara.  Banyak twit yang bilang seharusnya Presiden menghentikan resepsi ini itu bersimpati kepada korban di Kutai Kertanegara.  Saya sendiri berpendapat, Bapak SBY sudah tidak bisa menghentikan resepsi tersebut bukan hanya karena semua persiapan sudah selesai namun juga karena para tamu sudah hadir.

Jika ada yang bilang resepsi mewah, menurut saya ukurannya apa dulu nih...standartnya apa dulu.  Kalau pakai standart saya sih dengan panghasilan rata-rata karyawan di Jakarta sih yah mewah.  Namun untuk ukuran Kepala Negara, pernikahan seperti ini wajar saja.  Saudara saya yang masih kerabat Cendana malah lebih mewah dengan makanan berlimpah ruah serta dekorasi yang melebihi pernikahan Ibas dan Aliya.

Aneh gak sih anak seorang Presiden menikah terus resepsinya sederhana cuma selametan di Puri Cikeas misalnya, yang ada masyarakat malah mengira yang nggak-nggak seperti pernikahan beberapa cucu Cendana yang teramat sederhana untuk menyembunyikan hamil sebelum menikah atau bahkan poligami.

Akhirnya hajatan Presiden pun berakhir.  Seperti biasa Aliya Rajasa masih mampu melayani permintaan foto dari tamu undangan.  Dia memang low profile banget.  Saya jadi ingat waktu pengajian di rumahnya, saya sempat juga minta foto berdua dengan Aliya Rajasa.  Keberanian saya timbul karena dia begitu ramah dan mengajak saya kenalan duluan bahkan sampai keesokan harinya dia masih ingat nama saya.  Sebuah sikap yang memang asli dari dia bukan dibuat-buat seperti artis-artis yang butuh kerjaan begitu sudah terkenal malah ngelepehin orang-orang kayak saya ini...:D

 
Saya bersama Aliya Rajasa, perhatikan tangan dia merangkul saya...nih orang emang ramah dan baik

Kalau sekarang dia tidak mau bicara dengan pers, itu bukan karena dia tidak mau karena dia sombong atau dilarang.  Siti Rubi Aliya Rajasa Baskoro Yudhoyono adalah seorang wanita periang dan ramah namun berhadapan dengan pers membuat dia menjadi nervous (ini menurut pengakuan  Aliya sendiri).  Maklumi saja jika dia irit sekali memberikan wawancara namun dia mau kok jika diambil gambarnya,, toh semua perlu belajar untuk menghadapi publik bahkan Lady Diana Princess Of Wales harus belajar lama baru bisa berpidato di depan umum.  Meskipun nervous menghadapi pers, Aliya tetap  bersedia berfoto ketika ada Ibu-Ibu mengejar dia minta foto di JCC padahal Paspampres sudah menghalangi usaha Ibu itu.  Sifat yang cocok dengan Ibas yang terkesan agak kaku sehingga bisa saling melengkapi.

Inilah pengalaman saya selama jadi Bagian Dokumentasi Pernikahan Aliya dan Ibas.....semoga ini memberikan sisi lain dari yang pernah kalian baca di media manapun.




Cari Blog Ini