Seperti yang sudah-sudah saya kembali membeli buku secara impulsif jika
menyangkut tentang Jepan, Cina, Korea dan India. Di Perpustakaan Mini
(saking mininya cuma punya buku 2 rak), saya menimbun buku tentang Asia,
namun tak semua saya baca, entah karena terjemahan jelek, entah karena
terlalu banyak filosofi, entah karena saya memang gak ngerti mau dibawa
kemana (aih Armada sekali) buku ini. Jadi lah saya buku-buku itu
sekedar koleksi/ pajangan rumah tanpa pernah disentuh lagi.
Sebulan yang lalu saya dengan penuh semangat membeli buku karya Yoshichi
Shimada yang berjudul Saga no Gabai Baachan atau Nenek Hebat Dari
Saga. Sekali lagi saya membuktikan betapa impulsifnya diri saya jika
menyangkut buku-buku tentang Asia, jadi setelah dibeli dan masih
terbungkus plastik, buku ini hanya saya taruh di rak lama-kelamaan
menjadi bagian bawah tumpukan buku-buku yang belum saya baca.
Sampai minggu lalu ketika saya dan Bapak ke Festival Buku Jakarta, tak
sengaja saya mencuri dengar seorang perempuan muda dengan semangat
mempromosikan buku terbitan Kansha Books ini kepada temannya, saya jadi
bertanya apa sih hebatnya buku ini.
Ternyata yang dikatakan yang dikatakan perempuan itu seratus persen
benar. Saya begitu menyukai buku ini sehingga seperti biasa jika saya
menyukai sebuah buku, maka dalam sekejap saya sudah mengkhatamkan
bukunya.
Buku ini adalah kisah nyata seorang pelawak Jepang bernama Akihiro
Tokunaga yang kemudian hari mengganti namanya menjadi Yoshichi Shimada
ketika dia harus hidup dengan neneknya di sebuah tempat terpencil (saat
itu tahun 50-an) bernama Saga. Akihiro yang kehilangan ayahnya ketika
kecil akibat penyakit yang diakibatkan oleh radiasi bom atom Hiroshima,
terpaksa tinggal dengan neneknya setelah "ditipu" oleh Ibunya ketika
mengantarkan Bibinya pulang ke Saga. Akihiro kecil di dorong ke dalam
kereta api yang hampir berangkat agar dia tidak menolak keinginan
Ibunya.
"Penipuan" ini dilakukan karena Akihiro yang saat itu berumur 8 tahun
pad amalam hari sering menyusul sang Ibu ke bar milik keluarga mereka.
Demi menyelamatkan masa depan anaknya maka Ibunya dengan berat hati
memutuskan untuk menitipkan Akihiro kepada neneknya di Saga.
Sebenarnya kehidupan di Saga tidak menjadi lebih baik bagi Akihiro,
bahkan malah satu tingkat lebih miskin. Namun dengan sejuta akal, sang
Nenek yang sudah membesar 7 anaknya sendiri dapat membuat kehidupan
Akihiro penuh dengan warna. Bahkan disaat kelaparan pun Sang Nenek pun
masih bisa "mengeyangkan" perut Akihiro dengan berjuta jawaban ajaib,
jika Akihiro mulai menanyakan makanan.
Kehidupan yang serba kekurangan tidak membuat Sang Nenek menjadi orang
yang menderita, karena dia selalu mempunyai prinsip bahwa "Kita adalah
Orang Miskin Yang Ceria". Bahkan jika ada orang lain yang datang minta
tolong maka Nenek Tokugawa selalu membantu.
Selain Nenek, Akihiro menyadari bahwa hidupnya tidak akan seperti
sekarang tanpa bantuan orang-orang di sekitarnya. Bahkan tanpa
diketahuinya guru-guru SD-nya selalu mau menukar makanan lezat mereka
dengan makanan sederhana milik Akihiro ketika Festival Olah Raga
Sekolahnya. Dengan alasan sakit perut, tiap tahun secara bergantian
menawarkan makanan lezat tanpa membuat Akihiro kecil berkecil hati atau
merasa dikasihani.
Juga ketika gurunya ikut khawatir ketika Ibu yang ditunggu-tunggu
Akihiro tak juga datang padahal sudah berjanji akan datang pada Festival
Sekolah setelah setiap tahun tidak dapat menghadirinya karena kesibukan
bekerja. Ketika akhirnya Ibu Akihiro dapat hadir, guru tersebut malah
menangis lebih kencang daripada Akihiro sambil berkata "Syukurlah
akhirnya Ibu datang". Disitulah Akihiro sadar bahwa selama ini banyak
orang yang begitu memperhatikan dan menyanginya.
Buku yang sudah dibuat filmnya ini memang tidak menghasilkan seorang S2,
S3 atau seorang pengusaha apalagi Presiden, namun buku ini banyak
mengajarkan pada kita tentang kasih sayang yang mendidik, kesedihan yang
dibalut dalam ketegaran dan keteguhan, kegembiraan dalam kemiskinan dan
keserdahanaan dan selalu bersemangat apapun yang terjadi. Meminjam
istilah dari Nenek Tokunaga "Sampai mati, manusia harus punya mimpi!
Kalaupun tidak terkabul, bagaimanapun itu kan cuma mimpi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar