Saya baru saja menyelesaikan sebuah buku berjudul Show Must Go On karya
Soni Marti Lova. Buku ini adalah kompilasi dari pengalaman Soni selama
bekerja sebagai Creative untuk tiga televisi swasta yaitu TransTV,
Trans7 dan TV7. Kebetulan juga beberapa pengalaman yang ditulis ayah
tiga anak ini, saya berada satu tim dengan dia bahkan foto saya ada di
dalam buku itu *ayo tebak yang mana*.
Saya kenal Soni sejak saya pertama kali terjun (bebas) dalam dunia
broadcast. Walaupun saya lulusan Broadcast tetapi dunia nyata penyiaran
baru saya ketahui setelah tenggelam di dalamnya. Nah Soni inilah
bersama Yeye (teman akrab Soni di Trio Perezz) senior yang pertama kali
menyapa saya. Itupun bukan dlaam arti kata menyapa yang sebenarnya,
lebi tepatnya mereka sedang kelimpungan mencari bintang tamu untuk Dorce
Show dan entah kenapa tiba-tiba si Yeye langsung berteriak "Hei anak
baru ada yang bantuin gue gak nyari bintang tamu buat Dorce Show?" Lalu
dia ngelihat saya, "Eh lu jadi apa?" Saya jawab "Creative", Lalu
dengan gaya nyebelinnya dia langsung teriak "Sini lu bantuin gue buktiin
kalo lu Creative". Dan disitulah saya terjebak dengan dua orang
creative paling menyebalkan dan nyinyir sedunia pada waktu itu, Yeye dan
Soni.
Anyway, butuh waktu yang lama untuk menyadari bahwa saya sebenarnya
bertemu dengan dua orang creative super kreatif yang sudah membidani
program-program hebat di TransTV, bukan hanya itu saja mereka juga sudah
membuat program-program tersebut mencapai puncaknya. Dan dengan
bodohnya saya melepaskan kesempatan untuk sekedar "mencuri" sedikit ilmu
dari mereka hanya karena kesan pertama.
Beruntung Soni akhirnya memutuskan jadi penulis setelah memutuskan
menjadi "Bapak rumah tangga" demi menemani istrinya yang sedang bertugas
di KBRI Seoul. Penyesalan saya kenapa tidak berusaha mendekati Soni
waktu masih jadi anak baru sedikit terbayar. Dalam buku ini walaupun
dituliskan dalam format kisah nyata namun isinya lebih lengkap daripada
buku-buku tentang dunia broadcast yang selama ini terbit di Indonesia.
Dengan bahasa yang mudah dimengerti Soni, menceritakan bagaimana suka
dukanya menjadi creative di program yang dulunya dianggap kampungan
yaitu program dangdut. Lalu bagaimana dia ikut memberikan "benih" ide
terhadap program Opera Van Java dan bagaimana putus asanya dia, ketika
program ini tidak pernah disetujui oleh Pak Chairul Tanjung selaku
pemilik Transcorp. Belum lagi sulitnya mengundang Ibu Berkawat dari
Sangatta, Kalimantan Timur karena masalah budget dan rekan yang
diharapkan membantu tidak bisa dihubungi (kebetulan rekan itu adalah
saya...maaf yah Uda memang hubungan telpon susah disana:D), atau apa
yang sebenarnya terjadi ketika program 4 Mata dan oleh KPI dilarang
tayang gara-gara kasus Makan Kodok. Anehnya Soni malah menganngap
program anak "Dunia Ceria" adalah program tersulit yang pernah dia
pegang sekaligus yang paling menyenangkan.
Bukan hanya program yang dibicarakan, namun juga Soni menuliskan
hubungannya dengan artis-artis yang seringkali tidak harmoni namun tak
jarang tercipta simbiosis mutualisme diantara mereka. Bahkan ditulis
juga bagaimana hubungan Soni dan Bundo Dorce memanas bahkan sampai
pernah diumunkan Bundo di depan Ibu-Ibu penonton Dorce Show. Ketika
harus menghadapi presenter ngelunjak dan harus ditindak tegas bahkan
ketika ada saudara nara sumber marah-marah. Pengalaman jadi bodyguard
artis sampai pengalaman mencela artis yang akhirnya malah jadi berteman
dekat.
Namun pekerjaan Creative bukan hanya mengurusi artis dan program, sering
kali Soni akhirnya menjadi pembuka jalan bagi orang yang membutuhkan.
Seperti ketika ada seorang penyapu jalanan yang diundang olehnya untuk
program Dorce Show, yang ternyata membutuhkan uang untuk melunasi biaya
operasi Rumah Sakit. Dengan kehadirannya di Dorce Show, bukan hanya dia
bisa melunasi hutangnya tetapi juga meringankan sedikit beban hidupnya
dengan sumbangan dari Bundo. Sesuai dengan salah satu nasehat Boss kami
"Pekerjaan kita harus memberikan manfaat bagi orang lain". Walaupu
tidak langsung, namun sedikitnya Soni sudah memberikan jalan bagi Ibu
Penyapu Jalan tersebut.
Bukan hanya cerita tentang pengalaman Soni yang ada di buku ini. Namun
buku ini dilengkapi dengan contoh rundown, script on air, proposal awal
Opera Van Java (yang masih berjudul Van Java), script voice over, script
gimmick bahkan ada beberapa foto Soni ketika bertugas di beberapa
program (ada foto saya juga lho). Soni pun berbaik hati menerangkan
arti share dan rating yang bahkan ketika saya kuliah di broadcast tidak
ada. Tak lupa Soni menambahkan Glossary atau istilah yang beken dalam
dunia pertelevisian khususnya dunia televisi seragam hitam.
Tak salah lagi buku ini wajib dibaca oleh semua mahasiswa Broadcast
karena yang menulis adalah praktisi terjun bebas di dunia pertelevisian
banyak hal yang tidak ada dibangku kuliah, yang punya cita-cita menjadi
broadcaster agar anda mengetahui bahwa dunia broadcast adalah dunia
"medan perang", orang yang ingin tahu di balik layar dunia televisi dan
bukan hanya teori tapi kenyataan, juga bagi mereka yang hanya sekedar
mentertawakan lucunya dunia broadcasting....hehehehehehe......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar