Minggu sore saya jalan dengan
teman bernama Upit. Upit adalah sala
seorang teman yang saya kagumi. Tadinya
saya menganggap dia “junior” saya baik dalam pekerjaan dan kehidupan. Namun 2 tahun belakangan ini, saya melihat
Upit bukan lagi junior tetapi sedikit dari teman saya yang punya prinsip dalam
hidupnya. Itu yang membuat saya selalu
“ngintilin” dia untuk hanya sekedar curhat, karaokean sampai berbagi pemikiran
soal agama dan kehidupan.
Saat itu Upit punya sedikit
masalah dalam hidup dia. Dia merasa
sekarang hidupnya terlalu “lempeng” sehingga ketika dia mendapatkan pekerjaan
barunya, dia gak merasakan apapun, bahagia gak sedih juga gak.
Sambil makan di Imperial Kitchen,
Pejaten Village, kami pun bercerita panjang lebar tentang teman-teman, mimpi,
rencana traveling impulsif kami ke Yogya, rencana pernikahan sampai tentang
kebahagiaan dan tujuan hidup.
Akhirnya kami membicarakan
mengapa semakin lama Upit merasa apa yang dia lakukan tidak lagi menimbulkan
semangat dan kebahagiaan. Baginya hidup
hanya menjalani keberuntungan demi keberuntungan, ketika baru lulus kuliah
langsung mendpaatkan pekerjaan, berhenti kerja di tempat kerja kami, minggu
depannya sudah bekerja di sebuah Pusat Kebugaran. Lalu berhenti dari Pusat Kebugaran, minggu
depannya sudah mendapatkan pekerjaan lagi.
Gak ada tantangan sama sekali menurut teman saya itu.
Saya sendiri bukan orang
bijaksana, dan saya pun sedang mencari passion sejati saya. Dan juga saya sudah lama tidak merasakan
bahagianya bekerja. Sehingga saya
mencari dan mencari eksistensi di dunia ini.
Malam sebelumnya saya gak sengaja
nonton di youtube commencement speech Ellen
DeGeneres di Tulane Univesity, New
Orleans tahun 2009.
Pada tahun itu New Orleans
baru saja terkena Badai Katrina sehingga Ellen memberi nama angkatan 2009
sebagai Katrina Class.
Dalam speech yang penuh humor,
Ellen menceritakan kehidupan masa remajanya yang tidak punya ambisi dan gak tau
mau ngapain. Sampai akhirnya salah
seorang temannya meninggal karena kecelakaan.
Saat yang bersamaan dia juga
tidak punya uang dan satu-satunya perabotan yang ada di Apartment-nya adalah
kasur yang ditaruh di lantai. Disitulah
dia mulai mempertanyakan hidupnya kepada Tuhan.
Ellen pun menuliskan “percakapannya” dengan Tuhan di kertas. Sampai akhirnya dia mempunyai jawaban apa
yang harus dilakukannya
Akhirnya Ellen menjadi seorang
comedian yang terkenal. Selama itu dia
tetap tidak merasa bahagia karena dia menyembunyikan orientasi seksualnya yang
Lesbian. Karena gak tahan, akhirnya dia
mengakui bahwa dirinya gay. Gak lama
kemudian karir yang dibangun dengan susah payah hancur. Selama 3 tahun berikutnya gak ada pekerjaan
untuk Ellen. Bahkan banyak stasiun
Televisi yang terlalu takut untuk menampilkan Ellen pada program-program
mereka.
Ellen sempat kecewa, sampai
akhirnya seorang remaja mengirim surat
kepadanya bahwa yang dia lakukan telah membuat remaja ini mengurungkan niatnya
untuk bunuh diri. Ellen langsung
mengerti bahwa hidupnya punya tujuan, sehingga dia tidak ingin mengubah apa
fakta bahwa pengakuan dirinya Lesbian sudah membuat karirnya hancur.
Walaupun akhirnya dia menjadi
host talkshow yang terkenal, namun kali ini Ellen lebih bahagia karena dia
hidup tanpa rasa takut masyarakat tahu bahwa dia seorang Lesbian. Bahkan Ellen berkata bahwa kesuksesan baginya
adalah mempunyai integritas dalam hidup, tidak mengikuti kemauan orang lain,
menjadi diri sendiri, jujur pada diri sendiri, follow your passion dan
berkontribusi untuk hal-hal yang positif.
Saya terkesan dengan commencement
speech Ellen ini, sehingga bukannya saya memberikan jawaban, saran atau
menyuruh dia mensyukuri kehidupan (yang gak akan saya sarankan karena biasanya
yang menyuruh mensyukuri kehidupan itu orang yang sebenarnya TIDAK mensyukuri
kehidupan dan gak punya mimpi maupun ambisi karena itu mereka selalu bilang syukuri apa yang kamu punya dengan menerima...beda lho pasrah buta dengan pasrah setelah kita sudah berusaha), saya malah menceritakan apa yang
baru saya saksikan di youtube.
Malamnya Upit mentweet “Be honest
to yourself and then you can go to next level of your life”. Dan saya 1000 persen setuju karena tertawa
bukan berarti bahagia, tangisan bukan berarti kesedihan. Kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa
jujur pada diri kita sendiri dalam menjalani kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar