Aku mengangkat gelas plastic
berisi Ice Blended Mocca kesukaanku, sambil berusaha untuk fokus mendengarkan
cerita dia tentang apa yang sedang dikerjakannya sekarang. Yah dia adalah pria yang dulu aku cintai, yah
kami pernah menorehkan kenangan manis di hati kami masih masing-masing.
Enam belas tahun yang lalu si
Gadis Manja, begitu dia menjulukiku mengikat janji dengan dia, seorang Ketua
Pecinta Alam dan Aktivis Mahasiswa Sayap Kiri.
Kami mengukir romantisme sepasang kekasih ditengah-tengah perjuangan
mahasiswa untuk menurunkan Soeharto.
Saya si Gadis Manja, yang tidak
pernah tahu apa-apa tentang tertindasnya bangsa ini demi kata pembangunan
dan tidak boleh berbeda pendapat atas
nama persatuan. Dia yang keluarganya
adalah bagian dari kaum petani di daerah Bantul harus menerima akibat
kebijakan-kebijakan salah kaprah pemimpin orde baru itu.
Kami disatukan oleh kutub-kutub
sifat yang berbeda, sehingga ketika kami pacaran banyak teman-teman kami tidak
percaya bahkan menyangsikan kekuatan cinta kami. Tetapi kami seperti tertantang untuk
memperlihatkan kepada dunia bahwa kekuatan cinta kami cukup untuk menghadapi
dunia.
Di masa itu saya berusaha tabah,
bila dia tidak ada kabar berhari-hari setelah demo mahasiswa di kampus UGM
dibubarkan dengan paksa oleh Aparat Keamanan.
Saya berdoa akan keselamatannya ketika mendengar berita mahasiswa
dipukuli, ditodong senjata bahkan ditembak oleh Aparat.
Setiap dia keluar dari
persembunyiannya, saya hanya bisa menatap dadanya yang naik turun seakan
meyakinkan diri saya bahwa yah saya tidak mimpi kalau dia masih hidup. Saya hanya bisa tersenyum getir ketika
mendengar ceritanya yang berapi-api setelah menghadiri rapat dengan teman-teman
aktivisnya yang kekiri-kirian itu.
Dan ketika saya mengungkapkan
kekuatiran saya, dia hanya tertawa dan berkata betapa manjanya saya, lalu
memberi contoh teman-teman perempuannya yang juga aktivis. Mereka tanpa rasa takut maju melawan Polisi
bahkan TNI. Seharusnya saya lebih aktif,
mendukung dan lebih sensitif dengan perjuangannya membela kaum terpinggirkan
oleh pemerintah Orba.
“Eh kamu kan masih kerja di tempat yang dulu?” Pertanyaan mengembalikanku dari lamunan
nostalgia.
“Masih lah. Kan
bisa dibaca di facebook.” Jawabku sambil
menngembalikan gelas plastic berisi minuman favoritku itu.
“Aku ada proyek untukmu”, kembali
dia bersemangat bercerita.
Aku kembali hanya mendengarkan
kata demi kata yang keluar dari bibir yang dulu selalu aku rindukan untuk
menyentuh bibirku. Entah kenapa sekarang
bibir itu hanya menjadi sebuah pelengkap bagi wajahnya saja….hhhhmmmmmm…….
Aku jadi teringat lagi ketika
kata-kata dari bibirnya bukan lagi kata-kata yang aku harapkan untuk mengobati
kerinduanku. Ketika itu dia sudah
terlalu tenggelam dalam aktivitasnya sebagai aktivis mahasiswa. Bahkan ketika aku terkena demam berdarah, dia
tidak sempat menjengukku.
Tak lama kemudian, aku mendengar
gosip, dia sudah berpacaran dengan seorang aktivis perempuan yang namanya
seringkali dia sebut-sebut. Parahnya aku
lah orang terkahir yang tahu akan berita ini karena teman-temanku
menutupinya. Aku tidak menangis saat
itu, aku hanya terdiam, kaget dengan semua itu.
“Hei kamu masih suka melamun”,
Dia mencolek tanganku yang dari tadi aku diatas meja.
Colekannya membuat aku tersentak.
“Ah nggak, terus apa yang akan kamu lakukan dengan kampanyemu?” Aku berusaha
mengikuti ribuan kata-kata yang sudah keluarkan selama satu jam kami duduk di
Coffee Shop ini.
“Jadi aku ingin kamu…….” Kembali
dia melanjutkan kata-katanya, dan kembali kata-katanya tenggelam dalam kenangan
masa lalu kami berdua.
Akhirnya dia mengakui semuanya
bahwa dia memang sudah dekat dengan perempuan lain. Dia memohon agar aku masih menerimanya
sebagai pacar dan dia memberikan jaminan bahwa hubungan kami terlalu kuat hanya
untuk hancur oleh perempuan lain.
Dia menganggap kisahnya dengan
perempuan itu hanyalah intermezzo di tengah perjuangan mereka mereformasi
negara ini, karena dia membutuhkan seorang perempuan yang mengerti dan memahami
dia. Rajutan kasih yang kami miliki lebih
penting daripada kisah cinta sesaatnya itu.
neo-ui yaegil deureosseo
neoneun beolsseo samsip pyeonge saneunguna
nan maeil ramyeonman meogeo
na-ireul meogeodo ipmasi an pyeonae
I heard about you recently
I heard that you already live in a large apartment
I still eat ramen every day
I’m getting older but my tastes haven’t changed
“Ah, bosan juga dengar lagu Korea.”
Tiba-tiba dia mengomentari lagu yang sayup-sayup terdengar di Coffee Shop ini.
“Tapi aku suka” Kataku sambil
tersenyum, “Apalagi aku tau lagu ini”.
“Paling lagu mendayu-dayu
kesukaan kamu itu? Dulu kan kamu suka nangis sendiri nonton drama Korea apa tuh?”
“Oh Endless Love…..” Jawabku
sambil tersenyum
“Iya, menyebalkan melihat kamu
nangis untuk hal yang gak patut ditangisi.
Mana mati lagi dua-duanya.” Dia
mencibirkan bibirnya ketika mengingat itu.
“Kamu tau gak ini lagu tentang
apa?” Aku balik bertanya.
“Mana aku tau. Ini Bahasa Korea.”
“Ya sudah”, aku jadi malas
membahas lagu Korea
yang sedang dimainkan itu, “Jadi kamu partaimu jadi berkoalisi dengan partai
lain?”
“Iya, jadi aku mencalonkan diri
jadi Gubernur dan wakilnya akan dari partai lain. Yah biasalah negoisasi kalau ingin didukung
oleh partai lain” Jawabnya “Makanya tolong dukung aku………”
Kembali dia bicara dan
bicara. Sesekali aku menimpali dengan
senyuman dan anggukan kepala walaupun aku tidak mengerti penjelasan absurdnya
sama sekali.
Seabsurd kata-katamu ketika
meminta aku untuk bertahan di Yogya setelah aku lulus dari D3 UGM. Aku memang Gadis Manja tapi aku punya cita-cita
dan orang tua yang ingin melihat aku bahagia mencapai cita-citaku. Aku sempat bertahan untuk tinggal di Yogya
tetapi ada kegelisahan di hatiku. Ada pikiran untuk
memberontak. Orang tuaku juga tidak
merestui aku tenggelam dalam cinta, padahal masih banyak hal yang bisa aku
capai.
Aku juga sudah bosan menunggu dia
setiap hari. Menunggu dengan cemas kabar
dia ketika ada demonstrasi mahasiswa yang berakhir dengan keributan dengan
Polisi dan TNI. Sabar ketika harus
menunggu dia di kampus ketika dia harus menghadiri rapat darurat bersama
teman-teman aktivisnya.
Akhirnya aku memilih untuk
melanjutkan kuliahku. Mengambil program
ekstensi di sebuah Universitas di Jakarta.
Berusaha meraih impianku sendiri tanpa persetujuan dia. Aku tidak peduli, aku juga punya masa depan
dan aku tidak mau meraih masa depan orang lain karena itu bukan masa depan yang
aku inginkan.
Pelan-pelan hubungan kami
merenggang, tanpa kata-kata cinta kami memudar dengan sendirinya. Aku meraih mimpi-mimpiku dan aku dengar diapun
meraih mimpi-mimpinya.
Beberapa tahun yang lalu kami
terhubung kembali lewat Facebook namun baru kali ini kami sempat bertemu
setelah berkali-kali janji dibatalkan.
joeun chareul satdeora
nega beoreutcheoreom malhan bissan cha
nado unjeoneul baewo
irido eoryeo-un geonji moreugo
I heard you bought a nice car
An expensive car that you always talked about
I am also learning how to drive
I didn’t know how hard it was
Waktu ternyata menuliskan
skenario aneh buat kami berdua. Dia
sekarang tampak gagah dan rapi dengan celana pantaloon, sepatu pantovel dan
kemeja batik lengan pendek yang aku tahu motif dari designer kenamaan Indonesia. Berbeda sekali dengan penampilannya ketika
masih kuliah yang begitu bersahaja dengan sandal gunung, T-shirt dan celana
jeans yang warna birunya sudah pudar.
Yah dia sekarang harus menjaga
penampilannya agar berwibawa. Setelah
reformasi, dia menjadi kader partai.
Bukan partai yang berhaluan kiri tetapi partai yang konon kabarnya
membela nasib rakyat miskin dan nasionalis.
Dan nampaknya dengan kecerdasan dan pengalamannya sebagai aktivis, karir
politiknya menanjak bahkan menjadi anggota DPR/ MPR.
Lalu dia juga menikahi anak
perempuan seorang Jendral TNI. Bayangkan
dia menikahi anak perempuan dari orang yang bekerja pada lembaga yang dulu
dibencinya demi karir politik, sebuah langkah besar untuk dirinya yang dulu
berhaluan kiri. Bahkan perempuan aktivis
yang dulu mencintainya harus mau dijadikan selingkuhannya.
Dan sekarang dia akan mencalonkan
dirinya menjadi Gubernur di sebuah Propinsi yang terkenal akan kekayaan
alamnya. Wow sudah hebat dia.
Sedangkan aku si Gadis Manja,
malah bekerja menjadi reporter berita di sebuah televisi swasta nasional. Aku sudah melangla buana bahkan aku meliput
ke perbatasan dan daerah-daerah terpencil agar aku bisa memberitakan kepada
Indonesia, bahwa masih banyak rakyat negara ini yang belum merasakan “kekayaan”
bumi Indonesia.
Aku juga sudah pernah terjun
untuk meliput dalam perang antar agama, antar suku bahkan dengan mata kepala
sendiri aku menyaksikan hilangnya rasa kemanusiaan pada bangsaku.
Sudah berapa kali programku mendapat
penghargaan baik nasional maupun internasional.
Bahkan tak jarang tema programku dijadikan perdebatan seru di tengah
masyarakat. Aku sekarang berusaha membantu
bangsaku dengan cara yang aku bisa dan aku mengerti. Akhirnya aku menemukan idelisku sendiri.
“Ah kamu kenapa belum
menikah?” Kembali dia mengembalikan
kosentrasiku kepadanya.
“Untuk apa kamu harus tahu?” Tanyaku kembali.
“Aku takut itu salahku jadinya
kamu trauma menjalin hubungan dengan pria lain.”
Wuih sudah berani GR dia
sekarang, kataku dalam hati.
“Nggak lah. Aku belum menikah karena aku belum
menikah. But thanks for asking”.
“Sebenarnya aku takut kalau aku
yang menyebabkan kamu gak menikah”.
“Hahahahahahahahaha……jangan sok
prihatin……..” Geli aku mendengarkan kata-katanya.
“Tapi sudah ada calon kan?”
“Kalaupun ada bukan urusan kamu kan?” Akupun balik
bertanya.
“Ah kamu sekarang beda yah, kamu
sudah lebih mandiri dan kuat.” Sambil
menghela napas.
“Hahahahaha tenang aja…saya
bahagia atau gak itu tanggung jawab saya kok bukan tanggung jawab kamu.” Sambil aku minum lagi Ice Blended.
Dia pun terdiam mendengar
jawabanku. Mungkin dia kaget si Gadis
Manja yang masih suka makan Indomie Goreng pakai Telur, makanan kesukaan yang
masih sama dengan masa-masa kuliah. Yang masih suka minum teh manis ketika
semua orang seusianya meminum bercangkir-cangkir kopi pahit, ternyata sudah
berubah, jauh berubah di luar perkiraannya.
Kamipun akhirnya larut dalam
diam…..ah kami memang punya kenangan yang indah tetapi kami masing-masing punya masa
depan yang berbeda. Sayup-sayup lagu Korea itu
mengiringin diam kami…..dan aku tersenyum, ah lucunya waktu sudah mempermainkan kisah kami.
I'm fine thank you thank you and you
uri yetnare sarangeul haetdani useuwo
naneun jeongmallo gwaenchana haengbokae
nae geokjeong malgo jalsara
I'm fine thank you thank you and you
uri yetnare sarangeul haetdani useuwo
I’m fine thank you thank you and you
I can’t believe we used to be in love long ago, it’s so funny
I’m really doing fine, I’m happy
Don’t worry about me and have a good life
I’m fine thank you thank you and you
I can’t believe we used to be in love long ago, it’s so funny
*Lirik Lagu dari FINE THANK YOU, THANK YOU AND YOU? oleh 10 cm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar