Akhirnya buku terbaru yang baca bisa saya selesaikan dalam waktu satu
malam, walaupun resikonya saya harus mengedap-ngendap diantar kubikel
karena menghindari pandangan boss karena saya kesorean ke kantor (tapi
tetap dihujat dengan tatapan sirik teman-teman sekantor). Yah resiko
yang sebanding menurut saya dengan buku "Kedai 1001 Mimpi" karya Valiant
Budi.
Anda pasti bertanya apa sih hebatnya buku karya seorang TKI
"jadi-jadian" sampai membuat saya sampai merelakan tidur yang merupakan
kemewahan terindah bagi seorang broadcaster. Membaca buku ini membuat
saya seperti mempunyai ikatan sebangsa dan se-tanah air dengan Valiant
atau Vibi. Pemuda yang tergila-gila dengan Timur Tengah ini dengan
lancar (dan emosi) menceritakan pengalamannya selama bekerja di sebuah
jaringan kedai kopi Amerika Serikat di Kerajaan Arab Saudi. Dengan niat
ingin merasakan hidup di Timur Tengah, Vabi melamar menjadi Barista,
ternyata menghadapi budaya Arab dan segala tetek bengeknya adalah
pengorbanan jiwa raga yang tidak terkira.
Kehebohan tentang Arab Saudi dimulai sejak pertama kali Vibi tiba di
kota Dhamman, kota yang berbatasan dengan Bahrain ini ternyata
memberikan Culture Shock bagi Vibi. Bayangkan saja, baru masuk sudah
disuruh kerja oleh boss asal Lebanon tanpa dikasih pengarahan apapun.
Belum lagi harus mendapatkan rekan kerja dari Filipina yang selalu punya
1001 cara untuk "ngerjain" pelanggan yang notabene orang Arab dan
korupsi. Lalu ada rekan kerja dari Saudi, yang kerjanya malas dan
arogan karena merasa mereka kasta tertinggi di Saudi.
Itu belum seberapa, Vibi terkaget-kaget ketika mengetahui betapa
susahnya pria dan perempuan di Arab Saudi untuk sekedar bertemu dan
bercakap-cakap akibat dari ketatnya pengawasan Muttawa (semaca polisi
syariah), sehingga akhirnya mereka mempunyai sejuta cara agar bisa
"berkencan" mulaiu dari cara sopan dengan lirik-lirikan yang berakhir
dengan lemparan kertas berisi nomor telpon, mengaktifkan bluetooth
ketika berada di tempat umum siapa tahu ada yang mau kenalan sampai cara
yang benar-benar tidak sopan dan kelihatan kebelet ketemu lawan jenis,
yaitu nongkrong di toilet perempuan....alamak....gak banget.
Itu masih soal lawan jenis, ternyata di Arab Saudi juga mengenal istilah
gay, homo dan teman-temannya. Parahnya lagi Vibi yang memiliki
perawakan tinggi dan berkulit putih termasuk tipe pria yang disukai oleh
pria homo berbangsa Arab. Bahkan seringkali dikira orang Filipini yang
suka mempunyai perkerjaan "part time" membahagiakan para pria hidung
belang Arab.
Parahnya lagi Vibi sering dikejar-kejar oleh pria Arab sambil
mengipas-ngipas uang di depannya agar mau menemani mereka ke hotel.
Yang tak malu bahkan menawar tarif dia ketika masih di bar tempat Vibi
melayani tamu saking kebelet melihat sosok Vibi yang menurut mereka
menggemaskan.
Buku ini juga membahas tentang budaya Arab yang suka marah-marah kepada
pelayan, arogan terhadap pekerja asing dan bagaimana mereka memandang
rendah pekerja Indonesia. Vibi bahkan pernah ditanya kok dia bisa
bahasa Inggris dengan baik, dituduh mencuri dan menggelapkan uang
perusahaan karena punya 2 HP dan Notebook, mendengarkan Black Eyed Peas
dan dianggap aneh ketikan membaca buku karya Dan Brown oleh orang-orang
Arab. Padahal mereka sendiri adalah orang kaya, namun karena
pendidikannya minim sehingga kebanyakan orang Arab kampungan, bahkan
menggunakan Notebook untuk mengakses internet saja tidak bisa. Bahkan
lebih pintar pembantu mereka yang asal Filipina daripada majikan Arab
mereka.
Yang paling membuat Vibi marah terhadap orang Arab, adalah ketika
seorang Bapak-Bapak Arab menceritakan liburannya di Puncak ketika tahu
Vibi orang Indonesia. Mending kalau ceritanya bagus, si Bapak yang
tidak tahu malu ini malah bercerita tentang pengalamannya nikah
sementara dengan perempuan Indonesia di Puncak hanya demi memuaskan
nafsu birahi yang jarang bisa dilampiaskan di negerinya.
Selain itu karena adanya diskriminasi terhadap orang asing, membuat
orang Saudi suka semena-mena terhadap pekerja asing. Bahkan jika ada
perkelahian, biarpun orang Saudi yang salah tetap orang asing yang
dikenai hukuman. Jadi tidak heran jika kasus TKW bunuh majikan pria
yang suka memperkosanya, malah berbalik jadi salahnya TKW, sudah
terancam kehilangan anggota tubuh yaitu kepala (meminjam istilah Vibi)
masih disuruh bayar uang ganti rugi juga.
Membaca buku ini bagi saya memperluas cakrawala budaya saya tentang
orang Arab. Dulu teman Bapak saya ada yang meninggal dipancung
gara-gara mobilnya ditabrak oleh anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi,
lalu ada juga teman kerja Uncle Sam (teman orang tua saya, orang India
warga negara Malaysia) yang pernah bekerja di Arab Saudi tetapi akhirnya
minta pulang karena salah seorang rekan pria Malaysia-nya keturunan
Tionghoa diculik orang, balik-balik langsung masuk Rumah Sakit karena
diperkosa secara bergilir oleh pria-pria Arab. Sempat saya tidak percaya dengan cerita tersebut karena bagi saya orang Arab adalah keturunan Nabi yang seharusnya baik dan dijaga dari dosa. Ternyata orang Arab juga
manusia, walaupun konon mereka keturunan para Nabi namun mereka tetap
manusia yang bisa berbuat salah. Mengutip salah satu kalimat di buku
ini "Ke Arab, siap-siap diperkosa jiwa dan raga" sepertinya ada
benarnya.
Dilain pihak Guru Agama sekolah saya selalu berkata bahwa Bangsa Arab
adalah bangsa yang unggul dalambaik secara fisik maupun intelektual,
sehingga tak heran Islam turun di negeri Padang Pasir ini. Bukan hanya
itu mereka juga punya budaya yang tinggi dan mereka juga amat menyukai
sastra dan keindahan. Setelah itu disebutlah tokoh-tokoh yang
menurutnya orang Arab, Ibnu Sina Bapak Kedokteran dan Al Khwarizmi Bapak
Al Jabbar. Ah, Bapak lupa atau gak tahu yahkalau Ibnu Sina dan Al
Khwarizmi orang Persia yang beragama Islam bukan orang Arab. Jadi orang
Arab nurunin apa dong???
Gambar pinjam dari www.kedai1001mimpi.blogspot.com
1 komentar:
kok bisa ya? ku kira krn adany hukum qishas jadi negara itu aman, meminimalisir adanya kejahatan karena ada qisas. terima kasih infonya.
Posting Komentar