Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Sabtu, 24 November 2012

Hujan, Budaya dan Film

"Yang hujan turun lagi......dibawah payung hitam kita berdua....."

Angkatan 80-an pasti tahu cuplikan lagu yang didendangkan oleh Ratih Purwasih berjudul Benci Tapi Rindu.  Lagu itu melambangkan hujan sebagai "tangisan" dalam hubungan mereka, juga menjadi trigger akan kenangan masa lalu dalam sebuah hubungan.

Ketika saya duduk di Taksi hari ini sambil memandang hujan deras membasahi Jakarta, saya jadi ingat dulu saya pernah mempelajari arti hujan dalam budaya India yang dihubungkan kenapa hampir setiap film India pasti ada adegan kehujanan dan atau berhujan-hujanan.

Bagi orang India yang memiliki budaya agraris, hujan adalah berkah yang sangat mereka harapkan.  Dengan hujan mereka bisa kembali bertani dan sumber air tersedia melimpah.  Jadi gak heran hujan amat "dipuja" di negara Mahatma Ghandi ini.  Bahkan menjadi lambang kebahagiaan mereka.  Di film India ketika sepasang kekasih sedang memadu kasih maka biasanya akan ditambahkan hujan, selain artis dan aktornya akan kelihaan seksi, juga karena hujan adalah penggambaran bahagia yang bisa dimengerti oleh orang India. Sedangka jika hujan itu menyedihakan, biasanya mereka akan menambahkan petir dan badai.  Tak jarang pada bulan Moonsoon ini diadakan pernikahan dan festival-festival.

Berbeda dalam budaya Inggris, hujan malah dianggap sesuatu yang suram.  Mungkin karena hujan di negara Kate Middleton ini membawa kabut dan hawa dingin.  Sehingga mereka memiliki lagu anak-anak yang isinya "mengusir" hujan.  Saya pernah menonton beberapa film dengan setting Inggris, hujan selalu diikuti dengan adegan sedih dan menakutkan. 

Dalam budaya Jepang, huja berarti musim Pancaroba.  Sehingga biasanya sih mereka lempeng aja kalau hujan, gak senang dan gak juga sedih.  Namun yang menarik di negara Ayumi Hamasaki ini, ada boneka pengusir hujan yang diberi nama Teru Teru Bozu.  Biasanya boneka ini dipasang sehari sebelum hari-H, dengan harapan pada hari-H hujan tidak terjadi.  

Boneka Teru Teru Bozu inilah yang mewakili orang Jepang dalam memandang hujan, bahwa hujan pun bisa dimintai tolong untuk tidak turun disaat yang dibutuhkan.  Pertama kali saya melihat boneka ini ketika menonton kartun Ikkyu San, yang memasangnya sepanjang musim untuk mengingatkan Ikkyu pada Ibunya.

Beberapa kali saya menonton film dan serial Jepang, hujan juga digambarkan sebagai tantangan yang harus dihadapi, biasanya pada adegan tokoh utama berlari-lari dan seperti India, hujan juga bagian dari erotisme dan seksualisme.

Hujan bagi bangsa Korea yang memiliki budaya bertani, juga tidak berbeda jauh dengan India.   Dalam film pun hujan menjadi bagian dari romantisme hubungan cinta.  Namun mereka nampaknya lebih menyukai shower rain, atau hujan yang mendadak datang.  Sehingga kedua insan yang sedang taksir-taksiran dapat belarian sambil tertawa.  Bahkan saking pentingnya hujan dalam menggambarkan sebuah hubungan sampai ada serial yang berjudul Sarang Bi atau Love Rain yang dibintangin Yoona SNSD.

Aaaahhh hujan bukan hanya hujan....namun dalam budaya manusia hujan adalah bagian yang penting.  Bahkan dalam film, hujan adalah bagian yang menguatkan cerita. 


Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini