Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Rabu, 02 Januari 2013

The Joy Luck Club Milik Saya

I had been talking to too many people, my friends, everybody it seems, except Ted.
The Joy Luck Club - Amy Tan 

Dengan absennya teman saya Mula karena mudik ke Medan, akhirnya saya, Upit dan Iin mengadakan pertemuan di titik nol.  Setiap kali kami bertiga, banyak cerita mengalir dari mulut kami, laksana air terjuan Niagara.  

Kami sudah saling terbiasa sehingga apapun kami bicarakan dengan bebas, mulai dari gosip kantor, jodoh (khususnya Upit yang baru saja bertunangan....hihihihihihihihi), hidup (yang banyak direnungkan oleh saya yang hidupnya lempeng), sampai masalah mimpi dan blog (kami bertiga punya blog masing-masing).

Saya sadari bahwa pembicaraan kami lebih banyak ngalor ngidul namun itulah yang kami butuhkan sekarang.  Sekedar bercerita untuk didengarkan tanpa dikritik.  Sesekali saling mendukung, dibumbuin sedikit saran atau terkadang kami saling memberikan masukan.  

Jika saya memandang kami bertiga, saya jadi ingat Novel The Joy Luck Club karya Amy Tan.  Bercerita tentang persahabatan 4 perempuan keturunan Cina di Amerika Serikat.  


Pertemanan mereka awalnya didasari kesukaan mereka bermain Mahyong.  Lama kelamaan permainan Mahyong mereka menumbuhkan rasa "persaudaraan" diantara mereka.  Banyak kisah masa lalu yang ingin mereka kubur, malah terungkap di meja Mahyong.  Yang akhirnya ketika salah seorang meninggal, maka 3 lainnya membantu anak temannya untuk menemukan masa lalu Ibunya.

Persahabatan mereka bukan tanpa masalah.  Mereka juga sering bertengkar, membandingkan kehebatan anak masing-masing bahkan saling menghina masakan satu sama lain.  Namun ikatan mereka terlalu kuat untuk dirusak oleh pertengkaran.  Mereka selalu kembali lagi ke meja Mahyong tersebut.  Bahkan akhirnya posisi kursi mereka diwariskan kepada anak-anak perempuan mereka.

The Joy Luck Club terlalu sempurna untuk menggambarkan persahabatan saya dan kedua teman saya, tetapi saya selalu ingin kembali ke meja Mahyong saya di titik nol.  Dimana saya selalu diterima karena saya adalah saya dan bukan karena apapun yang saya bawa dan sandang dan begitu juga sebalik saya terhadap Upit dan Iin.  


2 komentar:

pramono dado mamas mengatakan...

Artinya, persahabatan itu memang tanpa kalkulasi untung rugi. Hanya apa adanya. Hebat kaw non. Bisa melihat hal detil. Mantab sobat

Unknown mengatakan...

@Pramono kalo gak salah Kahlil Gibran pernah menulis tentang persahabatan yang intinya adalah cita-cita, jodoh bahkan masa depanmu bisa ditentukan oleh orang lain, hanya teman yang bisa kamu tentukan sendiri.

Cari Blog Ini