Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Kamis, 06 Juni 2013

Pejabat Ooooh Pejabat....

Dari kemarin sore twitter ramai nge-bully Zakaria Umar Hadi, seorang pejabat Propinsi (atau provinsi yah?) Bangka Belitung yang memukul seorang Pramugari Sriwijaya Air yang bernama Febri., gara-gara ditegur agar tidak menggunakan HP ketika pesawat akan Take Off.

Pertama mebaca berita ini, saya marah dan benar-benar marah.  Saking marahnya saya sampai berkali mention ke bapak @SByudhoyono yang ternyata merupaka pekerjaan sia-sia karena gak ditanggapin juga sama Bapak Presiden yang lagi sibuk nge-tweet kenapa dia pantas mendapatkan penghargaan toleransi itu.  

Saya juga beberapa kali mention kepada para aktivis perempuan (yang katanya anti segalanya itu dan ingin meningkatkan derajat perempuan), ternyata gak ditanggapin juga sampai ada yang mention ke saya betapa sia-sianya usaha saya *tepokjidat*.  Mungkin karena itu tengah malam mereka baru me-reply minta tautan beritanya dan diretweet....that's all....beda banget sama tweetnya yang meributkan soal siaran televisi dan menentang aktivis lainnya....hehehehehehe......Padahal ini perempuan lho yang jadi korban pemukulan dan korban dipukul karena mejalankan tugasnya.

Anehnya aktivis-aktivis yang lebih liberal dan suka nge-tweet "asal-asalan" malah rajin men-tweet sehingga yang banyak menarik follower untuk mem-bully pejabat Bangka Belitung ini Zakaria Umar Hadi sekaligus juga memberikan dukungan kepada Febri dan Sriwijaya Air.  Sekarang jadi mengerti mana aktivis ikhlas mana aktivis (hanya berkata)"ikhlas".

Memang sih Sriwijaya Air bukanlah maskapai penerbangan yang terbaik, bahkan adik saya baru-baru ini dikecewakan oleh pelayanan Sriwijaya Air jurusan Jakarta - Balikpapan.  Akan tetapi bukan berarti ketika pramugari menegur karena penumpang melanggar peraturan yang amat sangat mendasar ketika naik pesawat bisa diacuhkan apalagi dibalas dengan kemarahan sampai harus memukul, apapun alasannya apapun penyebabnya.

Bahkan anehnya lagi marahnya baru di Bangka Belitung, bukan di Jakarta, ini menandakan bahwa Pak Zakaria merasa bahwa sudah di rumah, dia bisa berbuat apa saja yang dia inginkan.  Padahal kan dia pejabat yah, dia bisa saja melaporkan "kekurangajaran" Febri kepada maskapai penerbangan Sriwijaya Air jika memang dia merasa dirugikan, kenapa harus begitu yah?

Mungkin Febri hanya kena cidera ringan, atau cuma disentuh pakai koran (versi Bapak Tajuddin dari Pemprov Bangka Belitung), tetapi apa yang dilakukan oleh Febri susah sesuai dengan tugasnya sebagai pramugari dan sudah menjadi tugas Bapak Zakaria yang terhormat untuk menerima teguran itu.  Ini malah kebalikannya, sudah diputarbalikan bahkan tak ada niat baik Bapak Tajuddin dari pemprov Babel untuk minta maaf karena pejabatnya bersikap barbar terlepas dia benar atau salah.

Jadi pejabat memang susah, karena bekerja karena amanah rakyat.  Ketika jadi pejabat anda dituntut untuk bisa menjadi manusia super dalam mengendalikan segalanya termasuk emosi, meskipun lagi sedih, ada masalah, istri lagi sakit dan lainnya.  Apalagi jadi pejabat kan pasti dinilai baik dari segi pendidikan maupun dari sikap, kalau pendidikan akademis gak bisa membuat pejabat menjadi intelek dan santun, yah setidaknya  (konon) pendidikan agama bisa menahan diri untuk menjadikan diri anda preman bin barbar.

Sungguh sedih saya..........sayang saya bukan Presiden, bukan aktivis yang punya ribuan follower di twitter, gak pake atribut agama tertentu dan bukan rakyat Bangka Belitung...saya cuma rakyat, perempuan Indonesia yang benci kelakuan pejabat meniru mandor kebon bawa cemeti ala jaman kompeni.  Gak punya power besar sih, tapi paling gak saya bisa jadi keliking yang bisa mengalahkan jempol.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini