Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Senin, 05 Januari 2015

Sebelum Direngut Waktu

Setelah empat hari sebelumnya menjelajahi Lombok, hari terakhir saya dan kedua teman saya, Upit dan Mula diantar oleh supir mobil rental bernama Mas Bulki menuju Pantai Kuta dan Tanjung Aan.  Walaupun waktunya sempit dan hujan badai melanda Pantai Kuta dan sekitarnya, kami paksakan untuk datang ke kedua Pantai ini.  Ternyata keputusan kami tepat, Pantai Kuta dan Tanjung Aan mempunyai pemandangan yang membuat saya tertegun.

Garis pantai yang panjang, laut yang biru kehijauan disatukan dengan perbukitan hijau menjadikan Tanjung Aan dan Pantai Kuta memiliki kecantikan alam yang membuat saya ingin memandangnya lagi dan lagi.  Bahkan saya yang jarang sekali berfoto, langsung mengeluarkan pocket camera untuk mengabadikan pemandangan yang indah tersebut.  Rasanya saya ingin menjadi warga Pantai Kuta atau setidaknya bergabung dengan bule-bule berbikini menikmati dengan nyaman tanpa dikejar waktu pantai-pantai indah milik Lombok Tengah ini.

Ketika itulah saya melihat sebuah keluarga terdiri dari Bapak, Ibu dan kedua anaknya perempuan dan laki-laki yang masih remaja nanggung. Kedua orang tuanya bersemangat foto-foto di Pantai Kuta yang indah, sedangkan kedua anaknya ogah-ogahan. Mereka memilih duduk di warung sambil menunduk memainkan gadget mereka. Bahkan Bapaknya harus memaksa untuk membuat mereka berfoto bersama sebagai sebuah keluarga.
Saya sedih lihat pemandangan itu.  Saya jadi teringat kedua orang tua, mereka bukan tipe orang tua yang bisa mengajak anak-anaknya traveling, apalagi saya tinggal di kota kecil di Kalimantan Timur yang pada saat itu jalan menuju Ibu Kota Propinsi saya tidak ada, semua harus dilakukan dengan transportasi air atau udara.

13 tahun saya tinggal di Kalimantan Timur, kesempatan saya keluar kota bisa dihitung dengan jari namun saya punya dua orang tua yang kreatif pada jamannya.  Mereka membuat liburan sendiri untuk anak-anaknya dengan memberikan petualangan-petualanngan baru.  Mereka mengajak saya dan ketiga saudara-saudara saya sailing, sekedar berenang di laut sampai akhirnya kami dikursusin diving.  Semua kegiatan itu gak semuanya saya suka, jujur saja saya sampai sekarang suka takut kalau disuruh diving, atau malas banget kalau disuruh menemani orang tua saya ke acara senam pagi yang diadakan kantor Mama.  Pernah juga saya ogah-ogahan ketika diajak Bapak saya belajar main bowling.   Tetapi kedua orang tua saya selalu menekankan apapun kegiatannya, sebenci apapun kami, kami  tetap lakukan bersama sebagai keluarga.

Kembali ke kedua remaja di Pantai Kuta, seandainya tahu jika mereka sudah seusia saya, mereka pasti akan menyesalkan apa yang terjadi hari itu. Ketika mereka dewasa, mereka hanya pernah mengenang pernah ke Kuta, Lombok tapi kenangan apa yang mereka ciptakan, tidak ada sama sekali. Kedua waktu berjalan cepat, suatu hari mereka akan berjuang mati-matian untuk melihat orang tua mereka tertawa bersama anak-anaknya.
Nanti, setelah mereka dewasa, mereka akan menyadari kebersamaan sebagai keluarga itu hal yang paling mahal di dunia. Jadi nikmatilah sebelum semua terengut oleh waktu. Gadget bisa menunggu, social media masih ada besok, games masih dimainkan bulan depan tetapi tertawa dengan orang-orang yang menyanyangi kita dan kita sayangi itu gak setiap hari terjadi.  Sekarang kenangan-kenangan itu yang membuat hidup saya berwarna, karena akhirnya saya merasakan betapa kerennya saya ketika sedang trend diving seperti saat ini, saya sudah mengambil 3 kali kursus diving sejak saya berumur 13 tahun.  Ketika diajak teman bermain bowling di Jakarta, saya percaya diri menunjukan hasil belajar main bowling bersama Bapak dan ketika saya harus berhadapan dengan orang yang lebih tua, saya sudah siap karena oleh Mama dibiasakan berhadapan dengan teman-teman beliau.


Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini