Saya baru saja selesai membaca buku "Letter To My Daugther" karya Maya Angelou, seorang sastrawan Afrika Amerika yang amat disegani di Negeri Pama Sam. Bahkan nama adik Obama, Maya diambil dari seniman kelahiran 84 tahun yang lalu.
Letter To My Daugther sebenarnya hanya salah satu dari sekian banyak karya-karyanya yang terkenal, namun banyak tokoh dunia mengakui bahwa buku ini memberikan inspirasi mereka untuk melakukan perubahan.
Entah memang kebetulan atau tidak, saya baca buku ini di hari ketiga Bulan Ramadhan 2012. Dan entah kebetulan atau tidak juga, pada sebuah essai yang berjudul Menjaga Keyakinan, ada sebuah kutipan yang menggelitik hati saya
Aku terguncang atau setidaknya terkejut saat orang datang padaku dan tanpa ditanya memberi tahuku bahwa mereka Kristen. Respons pertamaku adalah pertanyaan "Sudahkah?"
Saya juga kaget ketika membaca pertanyaan seperti itu. Sudahkah saya menjadi Islam? Apakah cukup dengan membaca kalimat Syahadat? Sholat? Puasa? Membayar Zakat?? Naik haji? Tiba-tiba saya merasa kecil, kecil sekali dalam Islam.
Bagiku, menjadi seorang Kristen adalah perjalanan panjang seumur hidup. Aku percaya bahwa itu juga berlaku bagi orang yang ingin menjadi Buddhis, Muslim, Yahudi, Jainis dan Taois, Orang-orang yang berjuang hidup dengan kepercayaan relijius mereka tahu bahwa kondisi damai tidak dapat dan dipercaya selamanya. Dalam Pencarianlah seseorang menemukan kenikmatan.
Yah pencarian akan agama itulah yang memberikan kenikmatan. Bukan ketika ketika kita merasa sudah menemukan. Karena dalam pencarian, kita akan belajar, mencari tahu, bertanya, mendengarkan, gelisah, kritis, takut akan ketidaktahuan dan pada saat yang sama pasrah, juga berpikir dan berpikir. Ketika kita sudah mengatakan bahwa kita sudah menemukan maka nikmatnya rasa mencari akan berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar