Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Jumat, 17 Agustus 2012

Berlayar di Perahu Kertas

Sejak jaman Dewi Lestari menerbitkan buku Akar dan kawan-kawannya, saya bukan dan sama sekali bukan fans penulis yang bersuamikan Reza ini.  Bagi saya karya-karya mantan personil  group vocal Rida, Sita, Dewi ini absurd dan gak bisa dimengerti oleh jalan pikiran saya.

Jadi waktu diajak teman untuk menonton film Perahu Kertas, saya sebenarnya gak berharap banyak.  Lha wong bukunya aja di rak buku saya sampai menguning belum pernah saya sentuh apalagi saya baca.  Tujuan saya nonton biar terhindar dari tugas aja....hehehehehehe.....(maaf yah teman-teman....)

Karena gak berharap banyak jadi pas mau nonton saya sudah pasrah jika nanti tertidur pas filmnya main...parah yah...untungnya pas opening tittle ada nama Hanung Bramantyo tertulis disitu.  Tiba-tiba saya jadi punya sedikit harapan dengan nih film, harapan nih film gak akan terjebak dalam dinamika remaja klise yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan sekejap plus menjual airmata yang gak berhenti sampai akhir film.

Adegan awal masih belum bisa membuat saya tertarik apalagi pas adegan Kugy menggunakan antena Neptunus untuk menemukan Keenan di stasiun Kereta Api menurut saya terlalu dan amat sangat dibuat-buat.  Emang ada cewek segitu polos dan terjebak dalam dunia khayal?  Rasanya gak ada deh.

Saya terus memaksakan mata saya untuk bertahan walaupun kelopak matanya saya juga tidak mau kalah dengan keinginan saya.  Begitu adegan Keenan mengetahui bahwa nama lengkap Kugy adalah Kugy Karma Chameleon, saya langsung tersenyum lebar karena dari situ saya tahu Dewi Lestari bukan penulis novel biasa, beliau adalah penulis novel dengan misi dan visi, yang memberikan hiburan sekaligus pengetahuan kepada pambacanya.  

Karma Chamaleon adalah lagu yang saya suka ketika saya masih kecil.  Saya lupa pertama kali saya dengar lagu itu tetapi irama lagu Karma Chamaleon dan gaya Boy George dalam Music Videonya masih lekat di ingatan saya.  Dan anehnya tidak semua orang yang mengerti lagu itu padahal baca bukunya juga lho.....sayang banget padahal lagu itu seperti mendasari cerita Perahu Kertas.

Dari adegan itulah saya, maka saya bisa melihat titik terang cerita dalam Film Perahu Kertas.  Cerita tentang Kugy dan Keenan yang harus mengalami naik turunnya percintaan mereka.  Kisah mereka tetap menarik dan menyetuh walaupun tanpa ada sentuhan tangisan (norak) khas film romantis produksi tanah air.  Bahkan humor-humor yang terlontar begitu cerdas dan tentunya gak garing.

Saking mulusnya film ini gak sadar 2 jam saya habiskan menonton film ini.  Bahkan editing kasar dan maksa khas film-film Indonesia hampir tidak ada....mulus lus kayak jalan tol Jakarta pas Lebaran.  Sinematografi pun indah dengan gambar-gambar yang mengingatkan saya pada keindahan dunia mimpi ketika saya masih punya mimpi.  Bahkan property yang digunakan seperti HP pun disesuaikan dengan setiap setting yang digunakan sebagai latar belakang.  Bukan hanya itu jam tangan dan miniatur Kura-Kura Ninja bukan hanya menjadi hiasan semata tetapi juga menguatkan karakter Kugy yang memberi nama Gangnya Pura-Pura Ninja.

Kalaupun ada yang kurang adalah akting para pemain yang masih kaku.  Hanya beberapa yang bisa membuat saya mengacungi jempol, seperti akting Tio Pakusadewo yang jadi Pak Wayan begitu meyakinkan, bahkan seperti gak ngelihat Tio Pakusadewo tapi ngelihat Pak Wayan main film.  Lalu akting yang jadi Eko juga bagus dan menyenangkan.  Yang jadi Remmy juga natural, jadi senang ngelihat. Lucunya kemunculan Titi DJ sebagi cameo di film ini mengingatkan saya pada jaman-jaman Titi Dj di Lenong Rumpi.

Yang mengecewakan adalah akting Ira Wibowo yang berkesan kaku dan kelibas sama akting August Melasz dan Tio Pakusadewo.  Saya juga gak suka akting yang jadi Gadis Bali, kaku kayak robot.  Yang jadi Wanda juga aneh banget, sedangkan yang jadi Noni yah so...so lha.  Sedangkan yang jadi Kugy....hhhhhhmmmmmm kalau saya sih kurang puas yah ngelihat aktingnya, apalagi yang jadi Keenan...kayak mereka berdua harus mengeksplor lagi.

Tetapi bukan Hanung Bramantyo jika beliau tidak bisa mengatasi akting pemainnya yang kaku.  Hanung memang jagonya menempatkan pemeran sesuai dengan kelebihan masing-masing.  Mungkin beliau tahu bahwa dia tidak bisa menantang para pemainnya dengan berlebihan seperti layaknya Tio Pakusadewo, jadi suami Zaskia Mecca ini memanfaatkan karakter asli para pemainnya dengan karakter yang harus dimainkan dalam Perahu Kertas.

Hebatnya lagi walaupun dari sisi komersil dapat banget, Hanung juga tidak melupakan sisi artistik dalam film ini, jadi rasanya menyenangkan menonton film ini, bahkan saya sudah gak sabar menunggu bagian kedua film Perahu Kertas.  Ketika saya membaca bagian akhir buku Perahu Kertas, Dewi Lestari menuliskan bahwa beliau ingin menulis tentang proses pendewasaan seorang perempuan yang terinspirasi dari komik Jepang yang berjudul Popcorn.  Wow saya jadi tidak sabar berlayar kembali bersama Kugy dan Keenan menuju titik akhir dalam perjalanan cinta mereka.  Mudah-mudahan tak lama lagi.


Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini