Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Senin, 06 Agustus 2012

In Love With Amos Lee

Saya punya lagi suka sama seorang cowok, kebetulan nih cowok keturunan Tionghoa dari Singapura, jago berenang, suka menulis diary dan blos  ditambah  masih brondong karena umurnya masih 12 tahun, namanya Amos Lee.  Saya suka dia karena dia punya diary yang menuliskan kegiatan sehari-harinya dengan penuh humor.  Jadi saya suka baca sambil ketawa-ketawa sendiri.

Sayangnya saya gak bisa ketemuan langsung sama Amos Lee, selain karena masih dibawah umur (maaf yah sama bukan Pedofilia...hehehehe), Amos Lee adalah karakter fiksi ciptaan Adeline Foo, seorang penulis asal Singapura.  Saking "hidup"-nya karakter Amos Lee, saya merasa dia hidup beneran.  Bahkan sering saya membayangkan seperti apa Amos Lee kalau dalam keadaan nyata.

Amos Lee adalah karakter protagonis dalam serial buku Adeline Foo yang berjudul The Diary Of Amos Lee.  Sejauh ini saya sudah membaca tiga seri buku.  Buku yang sebentar lagi akan dijadikan serial televisi di Singapura ini, bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama Amos Lee yang disuruh oleh Ibunya untuk menulis buku harian.  Jadi berceritalah dia tentang kehidupan kesehariannya secara sederhana, polos dan tulus, tentang keluarga, kebiasaan menulis di toilet, persahabatan sampai tentang musuh-musuhnya. 

Hebatnya buku ini walaupun berkesan sederhana dan polos, tetapi buku ini juga memberikan pengetahuan sejarah, agama, kuliner, sosial politik, pengetahuan umum, seks bahkan sampai etika dan kemanusiaan di Singapura tanpa ada kalimat-kalimat menggurui.  

 Ada 3 buku yang sudah terbit dalam edisi Indonesia.  Pertama adalah The Diary Of Amos Lee I Sit, I Write, I Flush, The Diary Of Amos Lee Girls, Guts and Glory dan The Diary Of Amos Lee I’m Twelve, I’m Tough, I Tweet!

Yang pertama akan saya bahas The Diary Of Amos Lee : I Sit, I write, I Flush.  Buku ini paling saya suka dari semua serial Amos Lee, karena ceritanya lucu banget khas anak kelas 4 SD.  Bagaimana Adeline Foo bisa menggambarkan perasaan Amos Lee yang harus berhadapan dengan Michael salah seorang anak terkuat yang suka mem-bully Amos.  Ditambah hobi Mama Amos yang membaca dan mengomentari tulisan Amos di diary.  Juga kesukaan Amos menulis diary di toilet.

Adeline Foo juga dengan sangat cerdas dan halus memasukan cerita sejarah Singapura, kuliner dan patriotisme dalam cerita keseharian Amos Lee.
This diary began as Mum’s New Year resolution to get me to write. She told me to write when I am doing my big business. “Five to eight minutes max!” she said. “I don’t want you to develop piles!” And so my writing in the bathroom began. My entries started with the boring old stuff… then Mum got this new job as a writer and, following her around, I got to do fun stuff, like ogle at deformed frogs, see into the future with a fortune-telling parrot and wow at a life-sized F1 car made of chocolate! That’s how I got more interesting things to write about. Plus, I had to deal with an EVIL bully who was tormenting me at school… thank goodness for my best friends, Alvin and Anthony, we rallied against the bully and got through this year with lots of adventures and good fun!

Yang kedua adalah The Diary Of Amos Lee : Girls, Guts, Glory.  Dalam buku ini, Amos Lee mulai mengenal ketertarikan dengan lawan jenis dan sedang menanti kelahiran adik keduanya.  Adeline Foo memasukan pendidikan seks secara cerdas dan sesuai dengan anak-anak dalam buku ini. 

Disini saya juga baru tahu ternyata di Singapura, program KB saking berhasilnya sampai mereka mulai kekurangan angka kelahiran.  Akhirnya pemerintahnya membuat program, siapapun yang punya anak ketiga dan seterusnya maka akan diberikan tunjangan anak.  Bandingkan dengan Indonesia yang mati-matian kembali mencanangkan program pembatasan kelahiran.

The story of Amos continues.  He is still writing his diary in the toilet, but he has found a way to hide it from Mum’s prying eyes.  Amos joins the school’s swim team and learns about hunger, not the sort to make you want to eat food, but the drive to excel and win medals in competitions!  The themes in Book 2 touch on family, friendship and loyalty.  Lessons are also drawn from Olympic legends like Michael Phelps, Carl Lewis and Sebastian Coe, in inspiring legions of young athletes to be the best in both studies and sports.  Amos seeks his Olympic dream, in this second installation.

Buku yang ketiga adalah The Diary Of Amos Lee :  I'm Twelve, I'm Tough, I Tweet.  Dalam buku ini Amos Lee sudah berumur 12 tahun dan mulai menulis blog atas permintaan gurunya.  Dia mempunyai blog yang membahas tentang PUP dari berbagai sudut pandang (dan tentu saja menarik dan lucu).  

Buku ini juga menceritakan bagaimana usaha Amos Lee agar terpilih sebagai Teen idol di sekolahnya.  Mulai lah Amos Lee belajar politik dan bagaimana me-manage kampanye dengan baik.  Tak lupa Adeline Foo mengajarkan patriotisme dan sportifitas dalam berpolitik.  Sekali lagi tanpa menggurui ala poltikus Indonesia yang selalu muncul berdebat gak jelas di TV.

Amos, in his last year in primary school, resolves to be voted as the most popular boy in school. But running against him is Michael, his arch enemy. In the fight for votes, Amos learns to tweet, but what he isn’t prepared for is the power of cyber warfare when Michael turns to YouTube and Facebook to cheat. Will Amos go down in the history of his school as the biggest twirp?
Kalau saya bisa memberi nilai untuk serial The Diary Of Amos Lee, maka saya akan beri nilai 8.95 dibawah Enyd Blyton yang saya kasih nilai 9.   Jadi wajib ain untuk dibaca....

Semua sinopsis dikutip dari  http://www.amoslee.com.sg/home.asp

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini