Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Jumat, 26 Juli 2013

My Family Tree

Dulu waktu SD atau SMP, saya mendapat tugas dari guru membuat Family Tree.  Di dalam family tree, saya menuliskan darimana akar keluarga saya dimulai dari kakek nenek dari kedua belah pihak orang tua saya, lalu saudara-saudara kedua orang tua saya, lalu ke generasi saya yang terdiri dari para sepupu saya dari pihak mama dan bapak.

Kalau saya sih, saya suka dengan tugas Family Tree, karena tugas ini akhirnya jadi bertanya sama Mama dan Bapak.  Jawaban didapat bukan hanya nama Yang Ti, Yang Kung, Opa dan Oma tetapi juga sejarah keluarga.

Dimulai dari pihak Mama.  Mama saya adalah orang berdarah campuran Ambon dan Makassar.  Opan saya fam Noya, merupakan seorang Misionaris Kristen yang ditugaskan ke pedalaman Sulewesi Selatan.  Walaupun dari Ambon, tetapi beliau sudah menempuh pendidikan di Batavia dengan sistem Belanda.  


Oma saya adalah orang Makassar dari Maipi, Luwuk, Sulawesi Selatan sekarang masuk ke dalam Sulawesi Tengah.  Oma dianugrahi Tuhan sebagai perempuan Makassar fisik yang amat sempurna.  Konon kabarnya (maksudnya dari cerita Bapak saya karena beliau meninggal sebelum saya lahir), Oma saya cantik sekali, kulitnya putih, badannya kurus dan semampai.  Rambutnya panjang hitam dengan mata kecoklatan.  Sehingga diperkirakan keluarga Oma, termasuk keturunan Belanda atau Portugis yang datang pada abad ke 14 - 15 masehi.  

Sampai sekarang kalau saya bertemu dengan sepupu-sepupu saya dari Maipi jadi minder karena kulit mereka yang putih, rambut mereka yang hitam legam mengkilat, mata bulat dan besar, badan langsing semampai dan susunan gigi mereka yang rata.  Bahkan salah satu keponakan perempuan Mama menjadi artis dan pernah menikah dengan anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia.

Yuk lanjut lagi soal Oma......

Saking cantiknya, Opa saya jatuh cinta dan mengajak Oma saya menikah.  Keluarga Oma adalah termasuk keluarga terkemuka di daerah Maipi dan pemeluk Islam yang taat sehingga  Oma mau menerima pinangan Opa dengan syarat masuk Islam.  Akhirnya Opa saya menjadi mualaf, sepanjang hidupnya beliau belajar tentang Islam, bahkan di usia yang tidak lagi muda beliau belajar mengaji secara otodidak.

Dari pihak Bapak saya, Yang Kung termasuk Trah Notowijoyo, yaitu Trah yang diawali dari seorang camat di Ponorogo.  Notowijoyo generasi pertama dikenal sebagai jawara di daerah tersebut, karena sering membuat keributan akhirnya sama Belanda diangkat menjadi camat.  Sejak saat itu daerah itu jadi aman :D......yah premannya udah diangkat jadi camat.....hehehehehe

Notowijoyo generasi kedua gak kalah seru ceritanya.  Beliau bekerja sebagai pegawai negeri jaman Belanda,  Sebagai kaum priyayi beliau amat terpandang sekali, bahkan bajunya selalu bagus-bagus disaat memakai baju adalah hal yang mewah sekali bagi orang Indonesia.  Yah kalau pernah lihat foto Bung Karno muda yah begitulah penampilan generasi kedua Notowijoyo, cuma bedanya Bung Karno pakai sepatu, lha Yang Yut saya gak pakai sepatu karena kebiasaannya gak pake sepatu.....hahahahahahaha.....

Hebatnya lagi pekerjaan Yang Yut saya adalah seorang Mantri Candu...yup Mantri Candu.  Jadi Belanda belajar atas keberhasilan Inggris menguasai China dengan Candu.  Belanda kemudian mulai mengedarkan Candu untuk orang-orang pribumi, begitu mereka ketagihan maka apapun akan dilepaskan termasuk tanah.  

Nah tugas Yang Yut saya adalah membagikan Candu agar setiap daerah bisa mendapatkan, sekaligus juga mengontrol peredaran Candu.  Jadi gak heran kan kalau Yang Yut disegani dan dihormati pada jaman itu.....hahahahahahaha......anehnya salah satu dari anak perempuan beliau akhirnya menikah dengan seorang Mister atau Pengacara jaman Belanda yang aktif di dalam Muhammadiyah.  Bahkan sempat menjadi guru untuk anak-anak Belanda di Madiun.

Kalau Notowijoyo ketiga atau Yang Kung saya adalah seorang Polisi.  Bukan Polisi lapangan sih tetapi Polisi administrasi, jadi gak pernah pegang senjata.  Tetapi biar gitu Yang Kung saya termasuk salah seorang yang berani.  Sejak jaman Revolusi, Yang Kung punya hobi menyembunyikan pejuang di atas garasi rumah yang kemudian salah satunya menikahi adik iparnya.  

Bahkan ketika jaman PKI, dimana banyak kerabatnya hilang karena menjadi anggota PKI atau keluarganya ada yang PKI.  Beliau berusaha menyelamatkan salah seorang keponakannya yang masih bayi agar tidak menjadi korban hilang seperti kedua orang tuanya, ketika semua orang melarang beliau melakukannya.

Kalau dari Yang Ti, keluarga beliau adalah keluarga Bangsawan Jawa.  Yang Ti saya sendiri adalah perempuan yang mewakili perempuan Jawa, cantik, putih, moleh dan berambut panjang.  Keluarga Yang Ti sebenarnya dianugrahi fisik dan otak yang bagus, sayangnya karena hobi judi Yang Yut Kakung maka ekonomi keluarga jadi kocar kacir sehingga susah untuk meneruskan pendidikan.  Sekalinya mendapatkan pendidikan yang bagus, maka hasilnya selalu luar biasa....begitu juga keturunannya....hehehehehehehe....Lha adik saya bisa kuliah di dua universitas, satu di D3 Mesin ITS satunya di MIPA FISIKA UNAIR, walaupun akhirnya berhenti di Unair karena kecapekan dan asmanya suka kumat.....lumayan satu tahun dengan IP gak pernah mengecewakan.

Baru-baru ini ada saudara Bapak membuat silsilah keluarga yang baru.  Jadi Trah Notowijoyo ditulis kebelakang, lebih diatasnya Notowijoyo generasi pertama.  Tentu saja Bapak saya semangat mendengarkan perkembangannya.  Apalagi orang Jawa kan biasanya tergabung dalam Trah, ada Trah Pakubuwono, Trah keturunan Hamengkubuwono, Trah Mangkubumi, teman saya masuk Trah Brawijaya karena keturunan dari Brawijaya.

Akhirnya berceritalah sepupu Bapak saya dan akhirnya beliau berkesimpulan bahwa kami adalah keturunan dari Joko Tarub......yah Joko Tarub yang itu.....yang ada di dongeng......yang mencuri selendang bidadari......yah mungkin saja saya keturunan bidadari......hahahahahahahahahahaha........Pantes Aryo, keponakan dari kecil sudah tau kalo ada cewek cantik lewat.....ckckckckckckckckckck.......

Dan Nenek Moyang saya lagi ngintip bidadari mandi di balik pohon......haduuuuhhhhh......*tepok jidat*
Gambarnya saya pinjam dari Edy Sutowo yang dipasang di web www.fineartamerica.com



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya juga orang maipi,salam....

Cari Blog Ini