Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Rabu, 03 Juli 2013

Tangan Jadi Kaki, Kaki Jadi Kepala

Baru hari ini saya bertemu dengan Pembantu saya untuk memberikan gajinya yang tertunda 3 hari, bukan bermaksud untuk menunda hanya saja beberapa hari yang lalu saya harus ke Yogya menghadiri pernikahan sahabat saya, jadi saya gak menyadari kalau sudah waktunya saya membayarkan gajinya, saya sadar ketika sudah di Yogya.

Anyway, akhirnya saya kasih juga gaji Pembantu saya.  Lalu tiba-tiba saja dia curhat tentang anak laki-laki satu-satunya.

"Non, saya lagi sedih banget", keluh Mbak Ncop, pembantu saya.

"Lha kenapa mbak?" Saya balik bertanya menanggapi kata-katanya.

Mbak Ncop menarik napas dalam lalu berkata "Anak saya gak naik kelas Non."

"Lho kok bisa?", jujur saya kaget, jama sekarang sudah jarang sekali anak sekolah gak naik kelas, beda dengan masa saya sekolah dulu.

"Iya sering cabut Non.  Bayangin aja 29 hari bolos." dengan serak dan mata berkaca-kaca Mbak Ncop menceritakan kekecewaannya terhadap anaknya, "Saya marah Non, kecewa banget.  Rasanya sia-sia banget saya kerja jadi pembantu untuk membiayai sekolah dia tapi dia malah bolos seenaknya."

"Yah mbak, jadi gimana?  Pelajaran lah buat dia biar dia ngejalanin setahun lagi."  Sebenarnya kata-kata tadi karena saya gak tau mau ngomong apalagi menanggapi kekecewaan Mbak Ncop.

"Iya Non, sekarang saya mau kerasin dia.  Masa dia bilang gak naik kelas adalah cobaan buat dia."

"Yah mbak, kalau cobaan itu dia udah sekolah setiap hari belajar rajin terus sakit gak bisa ujian lalu gak naik kelas.  Kalau ini kan hasil dari kelakuan dia." Sahut saya gemas.  Sambil membayangkan kalo nih anak SMP adik saya sudah saya bego-begoin kali.

"Abis dia pintar ngomong mbak.  Sekarang aja dia minta ke Yogya saya gak kasih, sampe Bapaknya bilang saya kejam."  Keluh Mbak Ncop.

"Ya itu yang benar mbak.  Saya juga dulu digituin sama orang tua saya."

"Padahal saya pengen anak saya kayak Noni bersaudara.  Kuliah yang bener, kerja dan gak nyusahin orang tua.  Saya jadi pembantu biar dia bisa sekolah Non, saya sampe udah nabung buat dia kuliah yang murah-murah."  Mbak Ncop menunduk sedih, "Ibaratnya tangan jadi kaki, kaki jadi kepala sudah lakukan demi anak saya.  Sekarang rasanya sia-sia saya sekolahin dia."

Mendengar itu saya diam, sebenarnya saya mau bilang sama Mbak Ncop untuk mendukung anaknya, tapi di sisi lain saya bisa mengerti betapa beratnya dia membiayai anaknya sekolah, bahkan anak perempuannya dari pernikahan Mbak Ncop sebelumnya gak berani melanjutkan ke SMP karena dia menyadari Ibunya berat membiayai sekolahnya.

Saya menarik napas panjang lalu saya bilang ke Mbak Ncop "Dulu Mama dan Bapak sih untuk biaya sekolah gak susah tapi mereka "kejam" sama kami soal sekolah.  Kami gak boleh main pas ujian.  Malah waktu saya SD, saya diancam Bapak kalo gak naik kelas, disuruh berhenti sekolah dan jadi gembala kambing, itu aja buat saya takut untuk main-main sama sekolah."

Orang tua saya termasuk orang tua yang kejam kalau soal sekolah.  Kami mau minum bir, mau bergadang, mau pesta-pesta terserah yang penting sekolah kami benar dan kami gak pernah bolos sekolah.  Memang sih kami gak pintar-pintar banget, prestasi sekolah biasa aja tetapi kami berempat mampu mandiri sekarang.  

Saya memang belum menikah apalagi punya anak, tetapi saya setuju bahwa sekolah dan pendidikan adalah hal yang amat penting melebihi membeli TV baru di rumah atau sebuah HP model terbaru. 

Menurut saya sah orang tua bertindak tegas dalam hal sekolah dan pendidikan anak-anaknya, karena itu adalah kunci mereka membuka pintu masa depan.  Nah mereka mau membuka pintu dengan kunci atau gak, itu sudah keputusan anak anda setelah dewasa.  Yang penting sekarang orang tua menyiapkan kunci sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan orang tua dan anak.

Sedih rasanya mendengar cerita Mbak Ncop, tetapi saya yakin nasi yang sudah menjadi bubur akan bisa menjadi nasi lagi jika anak Mbak Ncop mau berusaha kembali untuk sekolah dan Mbak Ncop gak berhenti untuk mendukung anaknya.  Gak naik kelas bukan berarti pintu masa depannya tertutup jika mau berusaha, tetapi jika hal ini gak menjadi pelajaran bagi dia, maka Mbak Ncop cuma bisa berdo'a anaknya diberikan pencerahan.


Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini