Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Kamis, 25 Juli 2013

Suatu Sore Di Cafe Jambon

"Brak!!!!"

Aku langsung memalingkan wajahku dari Novel Korea yang sedang aku baca di Cafe Jambon.  Konsentrasiku seketika buyar, seraya mataku mencari sumber suara benda jatuh. 

Ah dia, pria berbaju kaus biru bercelana coklat muda yang tampaknya tak sengaja menjatuhkan tumpukan buku-buku tebalnya ke lantai.  Mejanya terletak hanya beda satu meja disebelah kananku.

"Maaf" Kata itu keluar dengan pelan dan mengarah kepadaku.  Tatapannya penuh penyesalan, kepalanya pun sedikit mengangguk.

Aku hanya tersenyum membalasnya lalu berusaha kembali membaca Novel Romantis karya penulis Korea kesukaanku.  Tapi kalimat-kalimat dalam Novel itu seakan melayang, karena konsentrasiku hilang dalam sekejap.  Aku langsung kesal, lalu kembali menatapnya.  Sialan, dia sekarang nampak berkonsetrasi dengan buku-buku tebalnya dan sesekali dia mencatat di buku catatan yang dibawanya.

Kenapa sih pria ini?  Setiap kali dia datang ada saja yang dia perbuat.  Mulai dengan menumpahkan minuman, kemarin menjatuhkan kursi, beberapa hari yang lalu memasang ringtone HP dengan keras dan hari ini menjatuhkan buku-buku tebalnya.  

Akhirnya aku jadi gak berminat lagi untuk membaca.  Kubuka notebook biruku, aku mulai menulis dan menggambar dengan sesekali mataku mencuri-curi pandang ke pria itu.

Sebenarnya pria itu gak jelek-jelek amet (aih berani sekali aku mengatakan dia jelek).  Wajahnya memang gak seganteng Bintang Film, tapi lumayan lah buat diajak Jagong Manten.....hehehehehe.....dengan kulit putih kemerahan yang nampaknya sering terbakar oleh sengatan mahari, alis tebal, hidung mancung dan bibir sedikit tebal, dia bisa dikatakan pria yang layak untuk dipandangi olehku.

Tiba-tiba dia menghentikan kegiatannya dan menengok ke arahku.  Aku langsung gelagapan berusaha menyembunyikan keisenganku menatapi dia.  Aku langsung berpura-pura kembali dalam kesibukan menulis di notebook.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ah, wanita itu tampaknya masih sibuk dengan tulisannya.  Sebenarnya sejak pertama kali aku bertemu dengannya aku sudah tertarik dengannya.  Mata bulatnya selalu serius membaca buku-buku yang dibawanya.  Jika buku sidah habis dibaca, dia akan mengeluarkan laptop dan mulai mengetik, jika dia tidak membawanya maka dia akan menulis di notebook birunya.

Tetapi dalam keseriusannya, dia dengan mudah ngobrol dengan anak kecil yang dengan lancar bisa bercerita banyak padanya, padahal mereka baru saja bertemu dengan wanita itu.  Wanita bermata bulat itupun tak segan mengucapkan terima kasih dengan ramah kepada para pelayan Cafe jika menghidangkan sesuatu di mejanya.

Aku selalu penasaran dengan wanita itu, aku selalu membayangkan apa yang ditulisnya dalam notebook itu.  Apakah dia menulis buku harian, essay atau hanya sebuah puisi kecil yang lucu dan manis?  
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tik....tik.....tik........

Suara rintik hujan menimpa jendela kaca dibelakang tempat dudukku.  Hujan menbawa warna langit menjadi kelabu.  Sekelabu hatiku yang ingin mengenal pria itu tetapi sampai sekarang gak kesampaian.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kedua kepala menyaksikan hujan
Jendela berembun
Awan
Mengabur di mata mereka
Seperti mata
Tak bisa melihat kata hati yang tulus

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Daaaaarrrrr"

Suara petir bergemuruh.

"Aaarrrrgghhhhh", tanpa sadar aku berteriak sambil menutup telinga.  Aku kaget mendengar suara petir sedekat itu.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku ingin mendekat kepadanya untuk menenangkan dirinya yang takut oleh suara gemuruh petir.  Aku gak tega melihat mata bulatnya hanya bisa terpejam karena ketakutan. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Terdiam memandang hujan deras.....

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhirnya hujan mereda.  Lebih baik aku bersiap untuk pulang.  Biarlah kehujanan, toh kostku tak jauh dari Cafe Jambon ini.  Pria itu sudah membereskan barang-barangnya dan melangkah pergi.  Rasanya sudah tidak ada lagi yang dapat menahanku di Cafe Jambon.

Kumasukan semua barangku ke dalam tas ransel biruku.  Setelah selesai membereskan barangku, aku menuju kasir dan membayar secangkir teh hangat dan sepotong donat coklat yang sejak tadi menemaniku.

"Meja nomor 6 mbak...." kataku pada kasir

"Sudah dibayar mbak." Jawab perempuan muda penjaga menja kasir.

"Sama siapa?", perasaan gak ada teman atau orang yang aku kenal ada di Cafe ini.

"Lha Mas yang tadi Mbak.  Yang keluar sebelum mbak.  Saya pikir teman Mbak, abis tiap kali ke sini selalu tatapan gitu kayak kenal."

"Yah saya gak kenal Mbak.  Tau orangnya aja baru disini. Yah sudahlah Mbak besok saya datang lagi nanti saya bayar ke dia.  Terima kasih." Sambil aku masukan kembali dompet ke dalam tas dan kemudian melangkah melewati pintu kaca warna pudar. 

Aku ingin mengejar untuk mengucapkan terima kasih dan mengganti uangnya.  Tetapi sosok tinggi itu sudah menghilang entah kemana.

Akhirnya aku ada kesempatan untuk mengenal pria itu.  Aku pun tersenyum lebar.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apakah wanita itu tahu kalau aku yang membayarkan secangkir teh yang diminumnya hari ini.  Ah rasanya menyenangkan juga sudah membuat dia penasaran.  Apakah dia senang diperlakukan seperti itu?  Atau dia merasa hal itu sesuatu yang keterlaluan? 

Aduh pusing....besok aku akan datang pada jam yang sama.  Mungkin aku bisa mengetahui reaksinya.

"Anggi jangan lari ke tengah jalan." suara seorang Ibu muda berlari mengejar anak perempuannya yang lucu.  Anak itu berlari hendak menyebrang jalan, tak dihiraukannya kendaraan yang melaju kencang.

"Anggiiiiiiii..........!!!!!"

Tak ada waktu lagi, aku pun berlari mengejar Anggi.  Berlari menarik badannya yang terdiam ketika.......

"Braaaaakkkkkkk........!!!!!"

Dan semuanya menjadi gelap.........

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku melangkah menuju perempatan.  Sampai di perempatan aku harus berbelok ke kiri. 

"Ada apa?"  Seorang ibu bertanya kepada temannya yang lain.  Mereka melintas di depanku.

"Kecelakaan.  Mas-mas ditabrak mobil."  Jawab temannya.

"Aduh kasian....gak papa?"

"Parah deh kayaknya."

Aduh ada kecelakaan disana, lebih baik aku cepat pulang.  Aku tidak suka melihat kecelakaan.  Trauma akan kematian temanku yang ditabrak mobil di depan mataku.

Kupercepat langkahku.  Aku ingin cepat-cepat sampai ke rumah.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Jangan pergi....jangan pergi........."

Akhirnya aku hanya bisa memandangi tubuhmu..........

Jakarta, pertengahan Ramadan 2013 sambil ngedit Like A Chef bareng Dika....:D

gambar minjem dari http://faithjoyhope.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini