Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Selasa, 03 Januari 2012

Di Suatu Maghrib

Kalau ada yang masih ingat, tanggal 30 September 2011 saya baru saja kehilangan Om yang amat saya hormati dan sayangi.  Beliau bernama Om Ichsan.

Seminggu yang lalu Bapak datang ke Jakarta, begitu sampe langsung ke rumah Tante di Pondok Labu.  Langsung deh tangis-tangisan mereka berdua, maklum aja Bapak gak sempet melayat waktu Om Ichsan meninggal.  Jarak Jakarta - Bontang gak akan bisa diatasi jika harus mengejar waktu mengubur Om Ichsan di Kalibata.

Singkat kata, akhirnya Tante yang biasa saya sebut Bu Peni bercerita tentang bagaimana suaminya yang tercinta meninggal sampai cerita tentang hal-hal yang kurang mengenakan terjadi setelah prosesi pemakaman Alm. Om Ichsan.  

Disaat Bu Peni menangis, tiba-tiba anak bungsu yang juga sepupu saya Nurul keluar dari kamar, mau mandi.  Sebelumnya dia mengambil handuk yang dijemur di halaman belakang bersebelahan dengan ruang keluarga tempat kami mengobrol.  

Ketika Nurul menutup pintu kembali dan mematikan lampu belakang, tiba-tiba ada sebuah cahaya putih kecil melintas di halaman belakang, tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lambat.  Saya sendiri ketika melihatnya tidak merasa takut apalagi kaget, aneh sebenarnya karena saya sendiri bukan tipe orang yang berani.  

Cahaya yang tidak jelas asalnya dari mana karena setahu saya tetangga di belakang rumah Tante sudah lama pindah sehingga rumahnya hanya bagian depan saja yang diterangi lampu sedangkan tetangga sebelah kanan kiri tidak mungkin menyorotkan senter.  Namun cahaya itu bukan cahaya senter....aneh....

Saya tidak pernah menceritakan soal cahaya itu pada siapapun, selain karena tidak membuat saya takut juga saya sebaiknya tidak menambah kesediahan tante saya dengan cerita-cerita menyeramkan.  Di rumah saya menyimpulkan sendiri kalau itu mungkin "cahaya" Om Ichsan yang khawatir dengan istrinya yang harus menghadapi masalah-masalah setelah beliau meninggal, bukan masalah yang beliau tinggalkan namun ada orang-orang yang menaburkan percikan api dalam suasana duka mendalam.  Mungkin Alm. Om Ichsan terlalu menyanyangi Tante saya sehingga beliau tidak tega menghadapi melihat Tante menghadapi semuanya sendiri.

Om Ichsan, saya gak tahu apa bisa membaca blog ini.  Kalau bisa, Om tenang saja disana karena anak-anak Om sudah menjalankan tugas mereka mendampingi Tante dengan baik, terlalu baik bahkan.  Mereka melindungi Tante, menyayangin Tante bahkan setiap ada kesempatan mereka berusaha hadir untuk menemani Tante.  

Tante sendiri bukan perempuan yang cengeng, beliau cukup tangguh untuk menghadapi kesedihan maupun cukup tangguh untuk menghadapi setiap orang yang berani mengganggu dan merusak kenangan indah yang Om tinggalkan.

Mereka sudah ikhlas akan kepergian Om, jadi Om harus istirahat dengan tenang disana.  Lepaskanlah segala urusan dunia Om.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini