Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Rabu, 24 November 2010

Cobaan Paling Berat Adalah Ngantuk (Berbagi Pengalaman Editing)


Bekerja di Broadcast sebagai Production Assistant, memang adalah passion saya. Setiap tahap dalam pekerjaan ini saya nikmati, mulai dari pra-produksi sampai produksi yaitu shooting. Namun yang paling berat dalam pekerjaan ini adalah editing.

Kenapa saya bilang editing itu berat? Pertama karena proses editing dilakukan setelah shooting, jadi ketika shooting fisik kita sudah diperas mati-matian dan saat editing tinggal capeknya aja.

Kedua adalah harus timecode setiap kaset. Bagi anda yang belum tahu timecode itu apa, saya mungkin bisa sedikit menjelaskan sedikit. Jika anda mempunyai handycam, maka di sudut kiri atau kanan atas ada deretan angka yang selalu berubah. Nah, itu adalah timecode. Gunanya dalam dunia broadcast adalah untuk menandai gambar atau visual yang akan diambil di kaset tersebut, karena biasanya dalam satu kaset belum tentu semua hasil shooting diambil. Jadi untuk mempermudah dalam editing dan menghemat waktu biasanya dicatat timecode in dan timecode out-nya. Contohnya ada adegan kerusuhan TC (timecode) in 00:10:00:12 - 00:15:01:12. Ini artinya visual yang diambil dalam kaset hanya pada jam ke nol, menit kesepuluh, detik ke nol dan frame ke 12 sampai dengan jam ke nol, menit kelima belas, detik ke satu dan frame kedua belas.

Bisa anda bayangkan betapa melelahkannya jika saya harus men-timecode rata-rata 10 sampai dengan 12 kaset MDV setiap habis shooting. Dengan rata-rata durasi perkaset 35 menit karena kami menggunakan sistem DVCam. Itupun harus saya lakukan malam hari, karena peralatan VTR yang bisa digunakan timecode masih menumpang pada Divisi News.

Setelah di time code habis itu memasukan time code dalam flow/script editing. Ini harus disesuaikan dengan script, narasi (voice over) dan gambar yang sesuai.

Tahap selanjutnya adalah capture atau loading kaset ke komputer editing. Ini masih belum berat karena disini saya sifatnya hanya menunggu.

Nah tahap setelah capture adalah rough cut atau potongan kasar. Jadi saya dan editor harus menyusun gambar sesuai dengan script atau flow editing. Kerumitan editing dimulai. Biasanya ini disambi dengan nge-sync gambar dengan audio. Tahap ini yang paling membosankan karena kita jarus melihat gambar berulang-ulang agar bisa menyamakannya dengan audio. Gak enak kan lihat orang ngomong tetapi suara dan gerak bibirnya tidak sesuai.

Tahap selanjutnya adalah motong durasi. Nah motong durasi adalah proses terlama dalam editing karena tayangan 60 menit hanya membutuhkan durasi bersih program 40 menit. Sedangkan hasil shooting bisa berdurasi 120 menit. Memotong durasi juga ada aturan dan estetikanya. Intinya jangan sampai contentnya hancur dan gambar jumping atau tidak nyambung. Biasanya kami mengantisipasinya dengan stock shot close up atau dengan transisi.

Jujur bagi saya disinilan tahap terberat dalam editing karena mau nggak mau PA dan atau creative harus hadir agar content tetap terjaga. Bayangkan saja anda harus melihat satu adegan sampai 5 kali. Sehingga adegan lucu pun bisa terasa sama sekali gak lucu.

Dalam tahap ini lah saya sering diserang rasa kantuk yang luar biasa. Saya pernah lagi motong tiba-tiba tanpa terasa mata saya langsung tertutup alias saya ketiduran.....aaarrrggghhhhh.....bahkan ketika saya bertuga di acara komedi, rasa kantuk itu juga tak mau pergi.

Setelah motong maka tahap berikutnya adalah menghaluskan pekerjaan, seperti dikasih sound effect, visual effect, grafis, template, super impose, scoring dan Credit Tittle. Ini masih membuat saya semangat karena pekerjaan ini membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi. Terakhir di preview oleh saya, kemudian boss saya (producer atau associate producer), Executive Producer setelah keduanya setuju maka saya print di kaset Master On Air.

Jika anda berpikir pekerjaan saya selesai, salah karena berikutnya kaset Master On Air akan saya masukan ke bagian Quality Control. Oleh mereka akan dicek kualitas gambar, audio dan juga sudah sesuai kah dengan kode etik, etika, norma dan agama di Indonesia. Jika belum memenuhi standart itu, maka kaset dikembalikan kepada saya dan saya harus sedikit mengulang proses editing. Tapi jika dianggap layak maka pekerjaan saya selesai.

Tahap QC inilah yang merupakan tahap mendebarkan karena biasanya editing 1 episode bisa memakan waktu seminggu perhari bisa menghabiskan 2 shift atau 16 jam (1 shift = 8 jam) di editing sehingga jika tahap QC gagal maka kami para Production Assistant harus siap kembali mengedit minimal 1 shift atau 8 jam.....hiks.....jangan sampai deh.

Itulah do'a saya hari ini semoga minggu ini saya tidak over shift....:( karena saya bakal ngantuk lagiiiiii.....:(

Sumber gambar uncsa.edu

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini