Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Kamis, 14 Juli 2011

Ke Arab, Siap-Siap Diperkosa Jiwa dan Raga

13106470821947317198
Cover Buku"Kedai 1001 Mimpi" oleh Valiant Budi
Akhirnya buku terbaru yang baca bisa saya selesaikan dalam waktu satu malam, walaupun resikonya saya harus mengedap-ngendap diantar kubikel karena menghindari pandangan boss karena saya kesorean ke kantor (tapi tetap dihujat dengan tatapan sirik teman-teman sekantor).  Yah resiko yang sebanding menurut saya dengan buku "Kedai 1001 Mimpi" karya Valiant Budi.

Anda pasti bertanya apa sih hebatnya buku karya seorang TKI "jadi-jadian" sampai membuat saya sampai merelakan tidur yang merupakan kemewahan terindah bagi seorang broadcaster.  Membaca buku ini membuat saya seperti mempunyai ikatan sebangsa dan se-tanah air dengan Valiant atau Vibi.  Pemuda yang tergila-gila dengan Timur Tengah ini dengan lancar (dan emosi) menceritakan pengalamannya selama bekerja di sebuah jaringan kedai kopi Amerika Serikat di Kerajaan Arab Saudi.  Dengan niat ingin merasakan hidup di Timur Tengah, Vabi melamar menjadi Barista, ternyata menghadapi budaya Arab dan segala tetek bengeknya adalah pengorbanan jiwa raga yang tidak terkira.

Kehebohan tentang Arab Saudi dimulai sejak pertama kali Vibi tiba di kota Dhamman, kota yang berbatasan dengan Bahrain ini ternyata memberikan Culture Shock bagi Vibi.  Bayangkan saja, baru masuk sudah disuruh kerja oleh boss asal Lebanon tanpa dikasih pengarahan apapun.  Belum lagi harus mendapatkan rekan kerja dari Filipina yang selalu punya 1001 cara untuk "ngerjain" pelanggan yang notabene orang Arab dan korupsi.  Lalu ada rekan kerja dari Saudi, yang kerjanya malas dan arogan karena merasa mereka kasta tertinggi di Saudi.

Itu belum seberapa, Vibi terkaget-kaget ketika mengetahui betapa susahnya pria dan perempuan di Arab Saudi untuk sekedar bertemu dan bercakap-cakap akibat dari ketatnya pengawasan Muttawa (semaca polisi syariah), sehingga akhirnya mereka mempunyai sejuta cara agar bisa "berkencan" mulaiu dari cara sopan dengan lirik-lirikan yang berakhir dengan lemparan kertas berisi nomor telpon, mengaktifkan bluetooth ketika berada di tempat umum siapa tahu ada yang mau kenalan sampai cara yang benar-benar tidak sopan dan kelihatan kebelet ketemu lawan jenis, yaitu nongkrong di toilet perempuan....alamak....gak banget.

Itu masih soal lawan jenis, ternyata di Arab Saudi juga mengenal istilah gay, homo dan teman-temannya.  Parahnya lagi Vibi yang memiliki perawakan tinggi dan berkulit putih termasuk tipe pria yang disukai oleh pria homo berbangsa Arab.  Bahkan seringkali dikira orang Filipini yang suka mempunyai perkerjaan "part time" membahagiakan para pria hidung belang Arab.

Parahnya lagi Vibi sering dikejar-kejar oleh pria Arab sambil mengipas-ngipas uang di depannya agar mau menemani mereka ke hotel.  Yang tak malu bahkan menawar tarif dia ketika masih di bar tempat Vibi melayani tamu saking kebelet melihat sosok Vibi yang menurut mereka menggemaskan.

Buku ini juga membahas tentang budaya Arab yang suka marah-marah kepada pelayan, arogan terhadap pekerja asing dan bagaimana mereka memandang rendah pekerja Indonesia.  Vibi bahkan pernah ditanya kok dia bisa bahasa Inggris dengan baik, dituduh mencuri dan menggelapkan uang perusahaan karena punya 2 HP dan Notebook, mendengarkan Black Eyed Peas dan dianggap aneh ketikan membaca buku karya Dan Brown oleh orang-orang Arab.  Padahal mereka sendiri adalah orang kaya, namun karena pendidikannya minim sehingga kebanyakan orang Arab kampungan, bahkan menggunakan Notebook untuk mengakses internet saja tidak bisa.  Bahkan lebih pintar pembantu mereka yang asal Filipina daripada majikan Arab mereka.

Yang paling membuat Vibi marah terhadap orang Arab, adalah ketika seorang Bapak-Bapak Arab menceritakan liburannya di Puncak ketika tahu Vibi orang Indonesia.  Mending kalau ceritanya bagus, si Bapak yang tidak tahu malu ini malah bercerita tentang pengalamannya nikah sementara dengan perempuan Indonesia di Puncak hanya demi memuaskan nafsu birahi yang jarang bisa dilampiaskan di negerinya.

Selain itu karena adanya diskriminasi terhadap orang asing, membuat orang Saudi suka semena-mena terhadap pekerja asing.  Bahkan jika ada perkelahian, biarpun orang Saudi yang salah tetap orang asing yang dikenai hukuman.  Jadi tidak heran jika kasus TKW bunuh majikan pria yang suka memperkosanya, malah berbalik jadi salahnya TKW, sudah terancam kehilangan anggota tubuh yaitu kepala (meminjam istilah Vibi) masih disuruh bayar uang ganti rugi juga.

Membaca buku ini bagi saya memperluas cakrawala budaya saya tentang orang Arab.  Dulu teman Bapak saya ada yang meninggal dipancung gara-gara mobilnya ditabrak oleh anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi, lalu ada juga teman kerja Uncle Sam (teman orang tua saya, orang India warga negara Malaysia) yang pernah bekerja di Arab Saudi tetapi akhirnya minta pulang karena salah seorang rekan pria Malaysia-nya keturunan Tionghoa diculik orang, balik-balik langsung masuk Rumah Sakit karena diperkosa secara bergilir oleh pria-pria Arab.  Sempat saya tidak percaya dengan cerita tersebut karena bagi saya orang Arab adalah keturunan Nabi yang seharusnya baik dan dijaga dari dosa.  Ternyata orang Arab juga manusia, walaupun konon mereka keturunan para Nabi namun mereka tetap manusia yang bisa berbuat salah.  Mengutip salah satu kalimat di buku ini "Ke Arab, siap-siap diperkosa jiwa dan raga" sepertinya ada benarnya.

Dilain pihak Guru Agama sekolah saya selalu berkata bahwa Bangsa Arab adalah bangsa yang unggul dalambaik secara fisik maupun intelektual, sehingga tak heran Islam turun di negeri Padang Pasir ini.  Bukan hanya itu mereka juga punya budaya yang tinggi dan mereka juga amat menyukai sastra dan keindahan.  Setelah itu disebutlah tokoh-tokoh yang menurutnya orang Arab, Ibnu Sina Bapak Kedokteran dan Al Khwarizmi Bapak Al Jabbar.  Ah, Bapak lupa atau gak tahu yahkalau Ibnu Sina dan Al Khwarizmi orang Persia yang beragama Islam bukan orang Arab.  Jadi orang Arab nurunin apa dong???

1 komentar:

Rizky Nast mengatakan...

kok bisa ya? ku kira krn adany hukum qishas jadi negara itu aman, meminimalisir adanya kejahatan karena ada qisas. terima kasih infonya.

Cari Blog Ini