Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Jumat, 15 Juli 2011

Kita adalah Orang Miskin Yang Ceria

13107713481965073679
Cover Buku
Seperti yang sudah-sudah saya kembali membeli buku secara impulsif jika menyangkut tentang Jepan, Cina, Korea dan India.  Di Perpustakaan Mini (saking mininya cuma punya buku 2 rak), saya menimbun buku tentang Asia, namun tak semua saya baca, entah karena terjemahan jelek, entah karena terlalu banyak filosofi, entah karena saya memang gak ngerti mau dibawa kemana (aih Armada sekali) buku ini.  Jadi lah saya buku-buku itu sekedar koleksi/ pajangan rumah tanpa pernah disentuh lagi.

Sebulan yang lalu saya dengan penuh semangat membeli buku karya Yoshichi Shimada yang berjudul Saga no Gabai Baachan atau Nenek Hebat Dari Saga.  Sekali lagi saya membuktikan betapa impulsifnya diri saya jika menyangkut buku-buku tentang Asia, jadi setelah dibeli dan masih terbungkus plastik, buku ini hanya saya taruh di rak lama-kelamaan menjadi bagian bawah tumpukan buku-buku yang belum saya baca.

Sampai minggu lalu ketika saya dan Bapak ke Festival Buku Jakarta, tak sengaja saya mencuri dengar  seorang perempuan muda dengan semangat mempromosikan buku terbitan Kansha Books ini kepada temannya, saya jadi bertanya apa sih hebatnya buku ini.

Ternyata yang dikatakan yang dikatakan perempuan itu seratus persen benar.  Saya begitu menyukai buku ini sehingga seperti biasa jika saya menyukai sebuah buku, maka dalam sekejap saya sudah mengkhatamkan bukunya.

Buku ini adalah kisah nyata seorang pelawak Jepang bernama Akihiro Tokunaga yang kemudian hari mengganti namanya menjadi Yoshichi Shimada ketika dia harus hidup dengan neneknya di sebuah tempat terpencil (saat itu tahun 50-an) bernama Saga.  Akihiro yang kehilangan ayahnya ketika kecil akibat penyakit yang diakibatkan oleh radiasi bom atom Hiroshima, terpaksa tinggal dengan neneknya setelah "ditipu" oleh Ibunya ketika mengantarkan Bibinya pulang ke Saga.  Akihiro kecil di dorong ke dalam kereta api yang hampir berangkat agar dia tidak menolak keinginan Ibunya.

"Penipuan" ini dilakukan karena Akihiro yang saat itu berumur 8 tahun pad amalam hari sering menyusul sang Ibu ke bar milik keluarga mereka.  Demi menyelamatkan masa depan anaknya maka Ibunya dengan berat hati memutuskan untuk menitipkan Akihiro kepada neneknya di Saga.

Sebenarnya kehidupan di Saga tidak menjadi lebih baik bagi Akihiro, bahkan malah satu tingkat lebih miskin.  Namun dengan sejuta akal, sang Nenek yang sudah membesar 7 anaknya sendiri dapat membuat kehidupan Akihiro penuh dengan warna.  Bahkan disaat kelaparan pun Sang Nenek pun masih bisa "mengeyangkan" perut Akihiro dengan berjuta jawaban ajaib, jika Akihiro mulai menanyakan makanan.

Kehidupan yang serba kekurangan tidak membuat Sang Nenek menjadi orang yang menderita, karena dia selalu mempunyai prinsip bahwa "Kita adalah Orang Miskin Yang Ceria".  Bahkan jika ada orang lain yang datang minta tolong maka Nenek Tokugawa selalu membantu.

Selain Nenek, Akihiro menyadari bahwa hidupnya tidak akan seperti sekarang tanpa bantuan orang-orang di sekitarnya.  Bahkan tanpa diketahuinya guru-guru SD-nya selalu mau menukar makanan lezat mereka dengan makanan sederhana milik Akihiro ketika Festival Olah Raga Sekolahnya.  Dengan alasan sakit perut, tiap tahun secara bergantian menawarkan makanan lezat tanpa membuat Akihiro kecil berkecil hati atau merasa dikasihani.

Juga ketika gurunya ikut khawatir ketika Ibu yang ditunggu-tunggu Akihiro tak juga datang padahal sudah berjanji akan datang pada Festival Sekolah setelah setiap tahun tidak dapat menghadirinya karena kesibukan bekerja.  Ketika akhirnya Ibu Akihiro dapat hadir, guru tersebut malah menangis lebih kencang daripada Akihiro sambil berkata "Syukurlah akhirnya Ibu datang".  Disitulah Akihiro sadar bahwa selama ini banyak orang yang begitu memperhatikan dan menyanginya.

Buku yang sudah dibuat filmnya ini memang tidak menghasilkan seorang S2, S3 atau seorang pengusaha apalagi Presiden, namun buku ini banyak mengajarkan pada kita tentang kasih sayang yang mendidik, kesedihan yang dibalut dalam ketegaran dan keteguhan, kegembiraan dalam kemiskinan dan keserdahanaan dan selalu bersemangat apapun yang terjadi.  Meminjam istilah dari Nenek Tokunaga "Sampai mati, manusia harus punya mimpi! Kalaupun tidak terkabul, bagaimanapun itu kan cuma mimpi"

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini