Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Kamis, 21 April 2011

HARI KARTINI......Hari Ini Lhooooooo

Baru aja sadar kalau hari ini adalah Hari Kartini pas lihat pengemudi perempuan Transjakarta memakai Kebaya.  Lucu juga sih membuat agak "beda" di Transjakarta.  Tapi mudah-mudahan bukan cuma hari Kartini aja pakai baju Kebaya semoga ke depannya Transjakarta lebih "ramah" terhadap penumpang perempuan.....hehehehehe..

Anyway, kalau ingat Hari Kartini jadi ingat perjuangan Mama waktu saya masih SMA untuk menuntut persamaan hak yang sama dengan karyawan pria.  Ceritanya dulu Mama bekerja sebagai perawat di sebuah perusahaan kalau sekarang dikenal sebagai BUMN, kalau dulu sih kami cukup bilang anak perusahaannya PERTAMINA.

Mama dan para karyawati di perusahaan tersebut pada saat itu tidak mendapat tunjangan anak, sedangkan karyawan pria yang sudah bekeluarga mendapatkan tunjangan anak.  Alasannya sih tidak jelas kenapa, namun yang pasti peninggalan jaman "kolonial" PERTAMINA.

Setelah bertahun-tahun mereka (para karyawati) menerima kenyataan itu padahal banyak dari mereka yang suaminya berkerja serabutan seperti Bapak saya sampai ada yang diceraikan suaminnya.  Jadi tunjangan anak memang amat dibutuhkan walaupun jumlahnya tidak seberapa apalagi untuk karyawan setingkat ibu saya.

Akhirnya ada beberapa karyawati berinisiatif membuat petisi untuk meminta persamaan hak tunjangan anak.  Sebenarnya perusahaan "berat" untuk merealisasikan karena ditakutkan karyawati yang suaminya bekerja di perusahaan tersebut akan mendapat 2 tunjangan anak.  Namun mereka tidak mundur, bahkan bertambah kuat yang akhirnya membuat mereka cukup kuat untuk bernegoisasi.  

Akhirnya ketika saya kuliah setahun, perjuangan mereka berhasil.  Saya sempat merasakan tunjangan tersebut selama kuliah sampai dengan umur saya 25 tahun.  Seperti yang tulis sebelumnya tidak besar namun amat membantu kedua orang tua saya yang harus membiayai 4 anak.  Apalagi ketika Bangsa ini harus menghadapi krismon dan saat yang bersamaan Bapak saya tidak bekerja, maka tunjangan anak dapat membantu Mama yang harus berjibaku untuk mengatasi semua masalah keuangan sendiri.

Lucunya ketika SPSI di perusahaan Mama saya berusaha untuk memperjuangkan pengakuan untuk istri kedua dan anak-anak dari dari pernikahan kedua di perusahaan, persamaan hak perumpuan dijadikan alasan agar peraturan itu bisa dirubah.  

Saat itu para karyawati tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi oleh oknum-oknum SPSI, apalagi solidaritas sesama perempuan lebih kuat daripada perempuan, sehingga mereka tidak menyadari bahwa ada udang dibalik batu.  Ternyata itu adalah usaha oknum-oknum tersebut untuk berpoligami namun gak mau rugi sehingga minta fasilitas tunjangan dan kesehatan dari perusahaan.  Ini terbukti karena tak lama kemudian yang paling gencar menyuarakan perubahan peraturan tersebut akhirnya berpoligami dengan karyawati di perusahaan yang sama.

Tentu saja semua karyawati tidak tinggal diam.  Bersama Ibu-Ibu mereka berdemo ke manajemen, yang akhirnya mereka kembali bernegoisasi.  Hasilnya perusahaan tidak akan memberikan tunjangan kepada keluarga istri kedua.  Kejam sih tapi seorang pria berani berpoligami yah dia harus siap dengan segala resikonya, termasuk membiayai keluarganya yang lain dengan uang sendiri.

Saya pikir apa yang Mama dan seluruh karyawari tempat Mama saya bekerja adalah hal yang diinginkan, diimpikan dan dicita-citakan oleh Kartini.  Bahwa hanya perempuan yang mampu memperjuangkan hak mereka dan hanya perempuan yang tahu kapan hak mereka dirampas. 

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini