Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Senin, 17 Desember 2012

5cm....Kenapa Ada Adegan Ala Film India-nya?

Akhirnya saya nonton film 5cm, film yang selama ini digembar-gemborkan bakal jadi film of the year karena novelnya aja banyak dibicarakan orang.  Seperti Perahu Kertas, saya belum pernah baca buku 5cm walaupun adik saya punya dan ditersusun rapi di rak buku.  Jadi i don't have any clue what kind of movie the 5cm is.

Karena ajakan kedua patner in crime saya, Mula dan Upit maka kemarin sore saya pergi juga nonton film arahan Rizal Mantovani ini.  Sejujurnya kami bertiga sudah dalam posisi nothing to lose, kami ini cuma kemakan sama promo.  Dan dari kami bertiga cuma Mula yang sudah baca bukunya Dhonny Dhirgantoro ini, sialnya lagi Mula orang yang paling gak mau kasih spoiler.  Jadi sebelum kita nonton mulutnya tertutup rapat dan gak akan mau ngomongin 5cm.  

Satu-satunya petunjuk dari film ini adalah salah seorang teman kantor saya Anu menjadi dosennya Saykoji, Sukonto Legowo, hebatnya lagi salah satu scene dalam trailer. Ow temanku sudah jadi orang terkenal.

Singkat cerita, kami akhirnya nonton film 5cm.  Menurut saya film ini pas memilih pemerannya.  Ada Herjunot Ali, Fedi Nuril, Saykoji, Raline Shah, Pevita Pearce dan Denny Sumargo. 

Denny Sumargo bisa membuktikan bahwa dia bukan atlit yang ditawarin main film, tapi atlit yang BISA jadi bintang film.  Adegan waktu ngajak kenalan cewek di gym "membekas" di hati saya.  Sumpah yah kok bisa Denny Sumargo akting gugup kayak gitu. 

Saykoji juga keren aktingnya, bareng Anu dia bisa menghidupkan akting mahasiswa abadi.  Sebagai teman kantornya Anu, saja jadi ikutan ketawa dengan aktingnya jadi dosen, cukup meyakinkan walaupun yah itu logat Jawa maksa....hehehehehe....sorry Anu i have to say this......

Herjunot Ali, agak ngambang disini.  Mau jadi seorang pria yang puitis tapi disaat yang sama ke-norak-annya masih ditahan-tahan sama dia.  Menurut saya akting dia yang paling bagus pas ke rumah Arial dan ketemu sama Dinda.  Selain itu gak ada yang jedang lagi.....yah cukup memenuhi standart seorang bintang film....kalau aktor....hhhhmmmmm masih harus banyak-banyak belajar.....

Raline Shah dan Pevita Pearce.....yah so so lha....jadi pemanis yang manis.  Kayaknya ada gak ada kedua cewek ini juga gak papa saking datarnya akting mereka.  Yang agak lumayan "bego-bego"-nya Pevita Pearce pas jawab telpon Zafran, tapi tetap itupun ketolong sama Herjunot Ali, kalau gak ada dia abis tuh scene.  Tapi biar bagaimanapun akting mereka jauh sangat jauh lebih baik daripada bintang sinetron. 

Dan yang last but not least, Fedi Nuril.  Nih cowok memang bintangnya.  Menurut saya film ini untuk Fedi.  Selain banyaknya scene dia dengan Raline Shah, juga karena aktingnya yang mumpuni.  Scene favorit saya ketika dia nembak Riani.  Sumpah wajah shocknya itu bikin saya ikutan shock dan sedih untuk dia.  Dia nggak melebih-lebihkan cukup dengan tatapan mata dan mimik wajah yang tegang.  Great job Fedi.  Bahkan Raline Shah gak bisa ngasih akting nangis yang bagus saat itu.

Bagian yang paling saya suka dari film ini adalah DOP-nya Yudi Datau.  Sumpah yah tuh orang pinter banget manjain mata penonton dengan pemandangan indah Gunu Semeru.  Rano Kumbolo yang biru juga Padang Edelweiss.  Bukan itu aja bahkan shot-shot di Jakarta, di Kereta Api dan Stasiun Malang aja kerennya minta ampun.  Gak perlu saya jelaskan panjang lebar, meminjam istilah Pak Tino Sidin "Bagus...bagus...bagus".  Bahkan salah seorang teman saya mau ke Semeru gara-gara nonton film ini.

Dialognya juga cerdas.  Jadi gak heran novelnya bisa best seller.  Dibalik humor, terselip makna dan pesan yang dalam.  Sehingga saya gak merasa digurui tentang Indonesia tapi saya merasa dikasih tau sama teman inilah Indonesia.  I love it. Well Done buat penulis skenario-nya karena sudah bisa mengadaptasi sebuah novel tanpa harus jadi kaku.  Ceritanya berjalan dengan baik tanpa terkesan jumping.

Dan adegan yang menghancurkan segalanya adalah ketika menaikan bendera Merah Putih di Puncak Semeru.  Bukan karena menaikan bendera Merah Putihnya tapi karena ke-lebay-an adegannya, kenapa juga tiba-tiba ada banyak pendaki gunung di belakang mereka.  Terus pada kayak upacara bendera dan keenam sekawan ngomong soal nasionalisme dan persahabatan.  Kemudian berakhir pada pelukan dan tos-tos-an.  Sumpah yah India banget.....!!!!!.....Harus yah begitu?

Anyway, secara keseluruhan film ini bagus, wajib ditonton. Film ini layak diapresiasi.  Kapan lagi ada film produsernya orang India tapi gak pake jualan setan, cewek-cewek seksi dan tangisan bombay.  Salut buat Rizal Mantovani dan crew yang sudah bersusah payah membuat film ini.  Rasa nasionalisme saya melonjak drastis gara-gara nonton film ini.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini