Majulah masuk ke dalam dunia Noni

Sebuah perjalanan hidup di pertengahan 30 tahunan...single, bahagia dan selalu mencari petualangan baru....Tinggalkan jejak anda dan ikuti jejak saya di @nonibeen

Selasa, 11 Desember 2012

Rhoma Irama dari Sudut Pandang Saya Seorang Perempuan Biasa

Rhoma Irama, sang Raja Dangdut akan mencalonkan dirinya menjadi Presiden dan kabarnya didukung oleh salah satu Partai Islam.  Tanggapan yang datang beragam ada yang pro namun gak sedikit yang kontra.  Yang menarik adalah kehidupan pribadi Sang Raja pun menjadi sorotan publik, khususnya kehidupan poligaminya.


Poligami masih merupakan kontroversi, bahkan sampai sekarang jika ada diskusi tentang poligami maka akan berakhir dengan debat kusir.  Saya sendiri pernah menyaksikan debat tentang hokum poligami yang berakhir dengan penghujatan satu sama lain.  Satunya bilang itu sudah hukum Allah SWT, satunya lagi bilang “anda sudah menginjak hak perempuan”.

Walaupun saya sendiri bukan “pengikut” poligami, namun bagi beberapa orang poligami adalah jalan terbaik mereka untuk menjalani hidup.  Bahkan saya pernah membaca seorang pengusaha perempuan yang mampu secara financial dan berpendidikan rela dinikahi oleh pria beristri dan beranak enam, agar sebagai perempuan dia merasa utuh dapat menjadi istri dan melayani suami.  Hebatnya lagi istri pertama sama sekali tidak keberatan bahkan mendukung, karena dia merasa sudah berbuat baik menolong madunya itu.

Namun jangan salah poligami juga bukan hal yang mudah, sehingga tak jarang bukannya menjadi sumber kebahagiaan, malah menimbulkan masalah yang akhirnya merugikan kedua belah pihak dan parahnya lagi menimbulkan efek negatif pada anak-anak.  Lihat saja kasus poligami Limbad, Rhoma Irama, bahkan salah seorang tetangga saya yang berpoligami harus menghadapi masalah dengan kedua anaknya yang terkena depresi dan stress dan menjadi pasien psikiater.

Saya tidak mau berpolemik tentang poligami dalam blog posting saya kali ini, karena seperti yang tulis diawal bahwa setiap diskusi tentang poligami akan berakhir menjadi debat kusir.  Namun saya perhatikan politikus yang berpoligami atau mengusung poligami dalam programnya gak pernah “menang” dalam PEMILU (dalam pemilu jujur dan adil).

Yup, kita memang pernah mempunyai Presiden, Wakil Presiden dan Menteri yang berpoligami.  Tapi mereka selalu punya “Ratu/ First Lady” yang akan mendampingi mereka ketika ada acara-acara kenegaraan. Sedangkan istri kedua hanya menjadi perempuan – yang – gak – bisa – disebutkan – namanya – dan – akan – pernah – dilihat – public itu kemudian berakhir menjadi bayangan istri pertama.  Seperti pelawak Komar yang gak pernah terlihat membawa Ibu Komar.

Dan pemimpin-pemimpin seperti ini tidak pernah dipilih melalui PEMILU yang jujur dan adil.  Lihat saja  Soekarno mengangkat dirinya menjadi Presiden “seumur hidup” ketika dia menikahi sejumlah perempuan dan Hamzah Haz hanya menjadi wakil Presiden bahkan bukan rakyat yang memilih tetapi MPR/ DPR. 

Saya perhatikan masyarakat Indonesia yang beragama Islam masih takut dengan konsep poligami.  Mereka tahu bahwa dalam ajaran Islam, poligami diperbolehkan namun mereka gak bisa membohongi kata hati bahwa mereka gak setuju dengan poligami.  Bahkan jika politisi itu mempunyai program-program menarik dan bagus tetap saja poligami akan menjadi batu sandungan.  Jika saya bisa mengutip kata-kata @ulil Ulil Absar Abdala di blognya “Pemilih di Indonesia masih memilih pempimpinya karena personalnya bukan karena program-program yang ditawarkan calon peserta PEMILU”.

Saya memang bukan ahli politik apalagi pengamat social, saya hanyalah perempuan biasa, seorang pemilih biasa (yang ikut PEMILU ketika ingat dan melupakan haknya ketika gak sempat ikutan PEMILU) dan Warga Negara Indonesia kelas menengah.  Saya juga gak menjadi kader manapun.  Tetapi saya punya keyakinan bahwa Rhoma Irama hanyalah penggembira dalam “kegilaan” demokrasi negara ini.  Saya gak yakin dia bisa terpilih menjadi Presiden negeri ini, apalagi track record-nya selain poligami, dia juga memakai “black campaign” ketika menjadi juru kampanye Gurbernur Jakarta. 

Jadi kalau pemilih perempuan sekitar 50 persen dari keseluruhan pemilih di Indonesia, dan 30 persen menolak poligami ditambah non-muslim sekitar 20 persen yang kecewa akan black campaign Bang Haji, ditambah lagi dengan pria-pria beragama Islam yang tidak setuju dengan poligami sekitar 30 persen sampai dengan 40 persen (bahkan saya yakin akan lebih banyak pria gak setuju dengan poligami ala Bang Haji), maka Rhoma Irama akan kalah bahkan sebelum “berperang”.  Bahkan ketika dia mengeluarkan juru pamungkas yaitu jurus halal – haram, dosa dan pahala, saya yakin sekarang masyarakat Indonesia gak “makan” bulat-bulat itu semua.

So, nikmati saja sepak terjang Raja Dangdut ini.  Anggap saja sinetron dalam kehidupan ditulis oleh para politikus kurang kerjaan dan sepertinya akan lebih lucu daripada Opera Van Java.  Karena alangkah lucunya seorang pemimpin jika dia gak pernah mengurus surat nikahnya meskipun sudah beberapa tahun menikah, yang artinya dia sendiri tidak percaya dengan hokum yang berlaku dengan negara ini…..hehehehehehehe….jadi aneh saja memilih orang yang gak percaya dengan hukum Indonesia.

2 komentar:

narcist angel mengatakan...

like ur post apalagi alinea penutupnya ^^.. salam kenal ya jeung

Unknown mengatakan...

@narcist angel terima kasih....^_^ salam kenal juga....

Cari Blog Ini